Facebook Me

download untuk Gramedia digital best romance novel

Resensi The Boy Who Drew Monsters Kisah Keluarga Putus Asa dan Anak Austime Yang menghidupkan Monster

Pertama kali tahu novel  The Boy Who Drew Monsters karangan Keith Donohue dari project list sutradara The Conjuring. Dari sini saya yakin kalau  The Boy Who Drew Monsters sepertinya, amat sangat menjanjikan sebagai novel horor fantasi bahkan, The Boy Who Drew Monsters  dapat kata pengantar dari Stephen King.

Review The Boy Who Drew Monsters

Sinopsis

Ceritany sendiri mengenai sepasang suami istri Holly dan Tim yang memiliki anak austism bernama Jack. Sebenarnya austisme Jack gak seberapa parah sampai suatu musim panas ketika Jack tenggelam bersama temannya Nick. Semenjak kejadian tersebut Jack menjadi fobia ke luar rumah dan sering lepas kendali, jack lebih sering menghabiskan waktunya di dalam rumah untuk menggambar, dia menggambar banyak hal termasuk monster. 

Baca Juga : Resensi A Monster Calls

Sampai suatu ketika, Holly dan Tim mulai mengalami berbagai kejadian aneh atau lebih tepatnya teror dari mahluk-mahluk atau monster ke dalam rumah mereka. Kejadian supranatural ini menambah runyam semua permasalahan antara Holly dan Tim, kedua sudah berjibaku dan kelelahan dalam mengurus Jack. Kehadiran para monster ini menambah beban Holly yang hampir putus asa dan Jack yang mati-matian berusaha optimis dengan hidup mereka.

Resensi 

The Boy Who Drew Monsters yang seharusnya menjadi novel horror malah menjadi thriller karena, dari awal sampai akhir kita bakal nebak apa sih yang terjadi dan mahluk-mahluk yang menteror keluarga Holly dan Tim itu apaan sih? Belum lagi Keith Donohue membuka tabir permasalahan antara Jack dan Nick lalu Tim dan ibunya Nick secara perlahan-lahan. 

The Boy Who Drew Monsters menjadi kisah keluarga amburadul yang penuh misteri ketimbang horror. Atmosfir yang ada adalah kehampaan dan kesepian antara Holly dan Tim sementara kisah Jack sendiri menambah unsur misteri. Saya merasa The Boy Who Drew Monsters sama sekali tidak mencekam lebih tepatnya ke penasaran saja sih. Entah karena terjemahan dari Qonita yang terasa hambar hingga membuat The Boy Who Drew Monsters kehilangan taringnya, belum lagi buku yang saya beli di Google Book ini banyak banget typonya? Sampai  banyak tanda baca yang gak ada? 

Baca Juga : Resensi Calamity Ending Menakjubkan Dari Reckoners Trilogy

Plotingan yang dibangun oleh  Keith Donohue rapi banget, jadi dari awal sampai akhir terasa mengalir walaupun, nampak Keith Donohue berusaha untuk mengecoh readers membuat seolah-olah semua yang terjadi adalah supranatural dari arwah-arwah penasaran yang tenggelam di laut. Plot twist yang dibangun gak terlalu memukau tapi, tetap mampu menghadirkan shocking ending.

(spoilers alert) jadi Keith Donohue gak menjelaskan kenapa Jack mampu menghidupkan apapun yang digambarnya? Dan kehadiran semua monster karena Jack dahulu selalu menggambar temannya Nick tetiba bosan dan beralih untuk menggambar monster. Kenapa Jack dahulu selalu menggambar Nick? Sebab sahabatnya itu sudah mati saat mereka berdua tenggelam dan Jack menghidupkan Nick kembali melalui gambarnya.  

Related Post

Kacaunya Cerita AU (Alternate Universe)

Jadi saya menang semacam mentoring kepenulisan yakni, sebuah kelas dimana kamu kirim draft naskah cerita/novel untuk dimentoring oleh penulis yang udah punya nama atau reputasi. Dalam batch mentoring ada salah satu eserta yang kirim cerita AU atau alternate universe. Saya saja baru ngeh kalau ada cerita AU atau alternate universe, buat kalian yang gak tahu apa itu alternate universe atau AU. Ini adalah sebuah cerita yang tokoh utamanya mendompleng orang-orang terkenal atau semacam fan fiction. Misalkan Rihanna yang jadi mahasiswa kece di sebuah universitas sedang jatuh cinta sama seorang idol pop korea. Cuma bedanya dengan fan fiction adalah platformnya, kalau fan fiction banyak di wattpad sementara AU/alternate universe di platform twitter atau Tik Tok.

Contoh AU dan sumber dari : Sindonews

Gak tahu gimana orang yang saya yakini adalah, seorang bocil bisa lolos kelas mentoring ini. Pokoknya dia ada di batch mentoring saya dan ketika mentornya minta draft naskah lengkap, bocil ini malah kasih cerita AU. Ketika di review cerita AU bocil ini ancur lebur banget bahkan, dibilang ampas! Dari premis, penokohan sampai tata bahasa PUEBI gak ada yang bener. Dan si bocil membela diri dengan bilang, "ini cerita AU kak." dari situlah saya sampai riset apaan sih cerita AU (alternate universe).

Begitu saya ngeh apa itu AU (alternate universe) barulah sadar seperti bocah ini salah kamar. Kelas mentoring profesional seperti ini malah ngajuin draft AU, pasti dibogemlah sama mentornya. Lucunya lagi saya baca tuh judul AU yang dikirim dan ternyata cerita AU (alternate universe) termasuk yang viral. Pantas saja tuh bocah dimaki-maki sama mentornya, begitu baca dari awal sampai akhir. Saya pusing sendiri, ini dari EYD aja ancur lebur, premis gak jelas, plotingan juga hadeuh dan parahnya gak masuk akal. Tapi, itu dibaca sampai ribuan kali loh. 

Kok bisa cerita gak logis macam ini sampai tembus ribuan pembaca? Memang sih readersnya juga bocil nolep yang alam bawah sadarnya mungkin belum berkembang tapi, tetep aja saya mempertanyakan apakah remaja masa kini sebodoh itu?   

Makin penasaranlah sama mahluk yang nulis cerita gak logis ini, sayang kelas mentoring online dan bocilnya gak pernah nyalain kamera, namanya juga palsu jadi saya gak bisa tahu identitas aslinya. Mungkin bocah ini malu karena, sebenarnya dia gak bego-bego amat, buktinya tahu cerita AUnya ngaco abis. Makanya malu banget nampilin identitas aslinya. Dari semua peserta mentoring cuma bocah penulis AU ini yang namanya fake. Walaupun based sosmed bisa ketahuan dari judul draft AU yang dikirim terus dibantai sama mentornya.

Baca Juga : Penulis Wattpad Tak Berkutik Saat Webinar

Kirain sudah cukup dunia kepenulisan merosot tajam secara kualitas dengan para bocil penulis wattpad, ternyata muncul lagi ini para penulis AU (alternate universe) gak kebayang itu bocil malunya kek apa pas dibantai online sama mentor, lagian dimana otaknya kirim draft AU? Tahukan bentukan AU seperti apa? Terus dicopas ke word dan dianggap draft naskah. Gak heran tuh mentor naik pitam. 

Baca Juga : Penyebab Saya Malas Baca Wattpad

 




Related Post

Nonton Everybody Fine Kok Mirip Hidup Saya Yah?

Jadi saya habis nonton film berjudul Everybody Fine sebuah film lumayan lawas tahun 2009 dan sebuah remake dari film Italia tahun 1990 berjudul Stanno Tutti Bene. Sebenarnya gak ada yang special dari film ini bahkan, masuk ke dalam film dengan plot datar. Sepertinya gak ada essence yang bisa diambil dari versi aslli Italia. Lantas kenapa juga saya menuliskan reviewnya? 


Dari segi premis film ini cuma menceritakan seorang ayah yang kesepian karena, anaknya gak ada yang bisa pulang. Lantas dia berinisitif untuk pergi mengunjungi kempat anaknya. Ternyata keempat anaknya gak ada satupun yang hidup sempurna, semuanya berantakan. Ada yang sukses tapi bercerai, dua lagi pura-pura sukses dengan cara menipu si Ayah sementara yang satu mati karena over dosis. 

Pas nonton, langsung anjir ini sih mirip banget sama hidup saya. Bedanya Robert De Niro masih mau usaha dengan datangin semua anak-anaknya dan ngecek apakah mereka semua bahagia kalau Bokap, pasif dengan mindset pribuminya. Dalam Everybody Fine keempat anaknya kerja tapi, gak sesuai ekspetasi makanya mereka malu dan nipu si Ayah kalau di hidup saya, dari empat anak yang bekerja cuma saya sisanya, pemalas pengangguran yang usaha aja gak mau, cuma molor sama maen game. 

Usaha Robert De Niro buat datangin anak-anaknya pake kereta sama bus karena dia gak bisa naik pesawat, patut diacungin jempol karena dia berusaha sementara, Bokap adem ayem aja, gak berusaha apapun. 

Pada akhirnya Rober De Niro berdamai dengan dirinya dan semua anak-anaknya kalau semua yang terjadi sama anak-anaknya bukan salah dia dan semua anak-anaknya menentukan dan berusaha dalam hidup mereka sendiri. Nah, kalau kasus di hidup saya sih murni karena kesalahan Bokap, kok bisa? Awalnya saya juga kesal dan bingung dengan kelakukannya yang pasif, padahal punya anak tiga cowok pengangguran semua. Namun, pas Bokap meninggal barulah terungkap kenapa bisa begitu. Lumayan plot twist sih karena, terungkapnya pake ustadz getuh. Ternyata Bokap selama ini hamba dark magic, pengguna ilmu pengasihan dan dia melakukan sesuatu sama anak-anaknya. Jadi pantes aja tuh orang adem ayem, punya empat anak cowok yang kerja cuma, satu sisanya sampah pengangguran. 

Kalau ending Everybody Fine adalah penerimaan Robert De Niro terhadap dirinya dan semua hidup anak-anaknya ending Bokap sih kacrut, meninggal dengan sikon miskin di rumah sakit pake BPJS sendirian gak ada yang jenguk. 



   

Related Post

Review Anime Belle dan Penyebab Gagal Dapat Nominasi Oscar

Ada film anime yang dapet banyak award bahkan, sampai nembus box office judulnya Belle atau versi Jepangnya RyÅ« to Sobakasu no Hime (The Dragon and the Freckled Princess) pertama nonton di Netfllix langsung wow! Karena animasinya gak main-main, sumpah benar-benar bikin mata gak berkedip, rekomen buat nonton di TV 4K. Belle masuk ke dalam aesthetic animated setiap jengkal film ini benar-benar dibuat cantik.


Belle sendiri masuk ke dalam cerita fantasy science fiction dimana, tokoh utama Suzu masuk ke dalam dunia metaverse bernama U dan menciptakan avatar sendiri bernama Belle yang pandai menyanyi. Kerenya, Mamoru Hosoda membuat animasi dunia nyata dengan dunia metaverse berbeda. Jadi ketika Suzu di dunia nyata animasinya hand drawn, tipikal anime sementara ketika masuk metaverse U berubah menjadi 3D. Perbedaan lain yang dilakukan oleh 
Mamoru Hosoda adalah design karakter antara dunia nyata dengan metaverse, jadi semua karakter di dunia nyata berdesain anime sementara saat masuk ke metaverse berubah menjadi disney. bahkan, Mamoru Hosoda sampai hire designer Disney buat  nyiptain tokoh Belle. 

Sayangnya, film besutan Mamoru Hosoda ini rada ampas di cerita walaupun premisnya kuat dimana mengabungkan Beauty and The Beast dengan The Matrix. Di mana dalam dunia virtual kita selalu menjadi versi terbaik dari kita sementara dalam dunia nyata sampah. Plot cerita Belle ini rada absurb banget, antara Suzu dengan masa lalu yang kelam, lalu naksir sama cowok paling ganteng satu sekolah dan menyelamatkan The Dragon di dunia metaverse dan dunia asli. Sampai bingung ini film Belle mau kemana sih? Si Suzu ini mau ngapain? Durasi dua jam benar-benar gak jelas fokus cerita film anime Belle ini.

Ceritanya kepepet antara Suzu yang berubah jadi percaya diri dan memaafkan masa lalunya sama menyelamatkan The Dragon tapi, berkesan maksa banget terlebih cerita Suzu dekat sama The Dragon bikin bingung karena, di dunia nyata Suzu malah suka sama Shinobu.  Terlalu banyak sub plot untuk tokoh utama Suzu dan gak fokus adalah kelemahan fatal film anime Belle.  

Baca Juga : Review Ivan The One and Only

Sayang sekali masterpiece anime seperti Belle ini harus mentok di cerita, padahal dari segi visual dan musik udah sempurna ketika diputar di festival canners, Belle berhasil mendapatkan standing ovation. Coba nonton di bioskop udah pegel ini badan, dua jam dikasih cerita absurb dan ini mungkin saja, penyebab utama kenapa Belle gagal masuk ke dalam nominasi best animated feature Oscar 2022 padahal Mamoru Hosoda sempat masuk Oscar tahun 2018 dengan Mirai, anime dengan animasi yang lebih sederhana namun, plot cerita lebih masuk akal.

   

Related Post

Review Pokemon Legend Of Archeus Mirip Monster Hunter Story

Akhirnya game Switch yang ditunggu-tunggu release juga dan ini review setelah 30 jam main. Pokemon Legend Of Archeus ini, merupakan seri game Pokemon terbaru setelah Let's Go, Sword and Shield serta Brilliant Diamond dan Shining Pearl. Selain itu, Pokemon Legend Of Archeus menjadi amat sangat hype setelah Game Freak merombak total game play RPG ini. Setelah 26 tahun Pokemon memiliki gameplay yang sama semua bahkan, seri terakhir Sword and Shield bisa dibilang amat sangat membosankan. Lantas, seperti apa sih  Pokemon Legend Of Archeus ini, yuk cekidot review Pokemon Legend Of Archeus.

legends arceus review reddit pokemon arceus review reddit pokémon legends: arceus review ign pokemon legends arceus review metacritic legends arceus review embargo pokémon legends arceus review embargo pokémon legends: arceus release date pokémon arceus review embargo

Grafis

Kita mulai dari grafis, sudah berharap banyak dengan Pokemon Legend Of Archeus ini. Bakalan ada peningkatan dari Sword and Shield namun, ternyata grafisnya biasa banget! Bahkan dalam keadaan main handheld saja, banyak detail background yang kelihatan kotak-kotak. Paling yang halus banget itu, NPC sama Pokemonnya sementara enviromentnya buat saya sih kelihatan seperti PS2. Sayang banget padahal di Sword and Shield grafisnya sudah mulus banget. Kalau dibandingkan sama grafis MHS juga masih kalah jauh.

Selain itu, hal yang paling menganggu di grafis adalah banyak text yang menurut saya terlalu kecil untuk dibaca, belum lagi tone grafis Pokemon Legend Of Archeus ini gelap semua. Jadinya susah banget buat baca dan kudu dideketin ke mata, paling enak main docking di TV kalau handheld amat sangat tidak nyaman untuk mata. 

Storyline and gameplay

Buat storyline sama gameplay Pokemon Legend Of Archeus ini gimana? Jelas beda jauh karena, udah gak lagi kita bangun di kota kecil terus mengejar impian jadi pokemon master. Pokemon Legend Of Archeus ini, tetiba tokoh utama ditransfer dari masa depan ke masa lalu di region Hisui. Terus kita kudu ngebantuin sebuah desa dengan gabung dicorps, intinya menjaga kedamaian dan tentu saja mendukung riset tentang pokemon. 

Nah, soalnya gameplay awalnya memang kelihatan seperti Zelda gegara open world tapi, ternyata Pokemon Legend Of Archeus ini benar-benar copas seperti Monster Hunter Story. Waktu main langsung, lah ini sih MHS banget. Gak ada lagi masuk ke rumput buat cari pokemon atau datengin pokemon buat battle, justru sekarang pokemon yang kejar kita dan kalau gak lari, bisa mati diserang! Konsepnya benar-benar seperti di alam liar, belum lagi kalau diserang sama banyak pokemon. Buat nangkepnya juga lewat battle lagi, kita kudu ngendap-ngendap terus lempar pokeball.

Side quest

Pokemon Legend Of Archeus gak cuma leveling buat ngelawan gym leader. Tapi, ada main quest sama side quest plus pokedex quest. Main quest jelas buat namatin story, side quest buat dapetin bonus- bonus sementara pokedex quest buat ningkatin rank. 

Ada juga alpha pokemon yakni pokemon terkuat dari setiap jenisnya yang size sama stats jauh lebih tinggi dari pokemon bisa, terus ada space time distortion yang muncul tiba-tiba, di dalemnya ada banyak rare pokemon. 

Baca Juga : Review Pokemon Brillian Diamond dan Shining Pearl

Soal stats pokemon juga rada aneh sih di Pokemon Legend Of Archeus ini sebab, level 40 aja bisa KO sama level 20? Jadi stats pokemon di Pokemon Legend Of Archeus seperti gak guna getuh, padahal stats dari attack sampai defend ada effort level kalau di game dulu EV sama IV. Kalau mau competitive battle atau cari pokemon dengan good stats gak perlu ribet. Tinggal naikin effort level pake item grit atau nangkep pokemon alpha. 

Tidak ada breeding dan Hidden ability

Padahal dulu breeding sama nangkep pokemon dengan good stats seperti matematika pokemon dan seru banget. Sekarang di Pokemon Legend Of Archeus malah dibikin simple banget, belum lagi breeding dan hidden ability dihilangkan? Ini buat sayang amat disayangkan banget, padahal di BDSP serunya itu cari pokemon good stats sama punya hidden ability buat competitive battle. 


Jadi fokus di 
Pokemon Legend Of Archeus cuma ke main gameplay tamatin storyline sama nangkepin semua pokemon aja. Mungkin biar gak kebanyakan karena, sudah ada quest jadinya player gak perlu lagi sibuk dapetin perfect pokemon. 

Mekanik battle

Battlenya masih sama turn based tapi, ada perbedaan di mekanik moves. Semua moves kalau level tertentu bakal mastering dan bisa pilih dua style agile sama strong, kalau agile less powerfull tapi bisa dua kali serang sementara strong more powerfull tapi cuma sekali serang. jadi, taktinya mau lebih kuat apa lebih cepat. Modelnya mirip banget seperti MHS strong, speed, technical attack. 

Baca Juga : Review Monster Hunter Story Wing Of Ruins

Overall

Overall Pokemon Legend Of Archeus ini angin segar buat seri Pokemon, gak membosankan dan jauh lebih sulit. Gak cuma nangkepin sama leveling saja, Pokemon Legend Of Archeus punya banyak hal yang bisa dilakukan dalam 30 jam main, ini baru tiga daerah yang kebuka saking serunya, ngincer semua  side quest sama pokedex quest, nangkepin alpha pokemon, ngejar space time distortion. Buat yang suka game-game seperti Zelda dan Monster Hunter Story bisa dicoba main Pokemon Legend Of Archeus karena, sudah jauh berbeda dari tipikal game pokemon yang terdahulu.  

Related Post

Selamat Tinggal Jappy, Kelinci Holland Lop Terakhir Saya

Tahun 2022 sepertinya belum begitu baik pada saya, di awal tahun ini saya kehilangan Jappy kelinci holland lop betina saya yang sudah berusia empat tahun. Jadi tiga hari yang lalu saya perhatikan Jappy mulai kehilangan napsu makan dan diam di pojokan lalu langsung saya bawa ke dokter hewan langganan dan terdianogsis abses di bagian leher. Jappy pun diberi antibotik, vitamin dan di laser untuk menghilangkan absesnya. 

Jappy tiba-tiba sakit?

Setelah tiga hari kondisi Jappy sama sekali gak membaik, dia malah semakin kehilangan napsu makan lalu saya cek up kembali ke dokter hewan. Setelah cek up sang dokter pun angkat tangan karena, abses di leher sudah kempis. Dokter gak tahu kenapa si Jappy gak makan dan lemes? Tindakan yang bisa dilakukan pun adalah infus. Setelah infus, saya bawa pulang dabn tidak lupa membuat critical care dari pelet yang dilembekan namun, kondisi Jappy terus saja menurun sampai akhir lemas dan megap-megap.

dokter hewan untuk kelinci


Saya gak bisa apapun kecuali gendong dan meluk si Jappy, lamban-laun napasnya jadi berat dan sesak. Gak lama Jappy pun menghembuskan napas dalam gendongan saya. Meninggal Jappy beda banget dengan semua kelinci saya, mulai dari Kimchi, Momo, Bimbim sampai Sammy yang rata-rata berumur empat tahun dan RIP karena penyakit internal seperti G.I dan kerusakan ginjal. Biasanya kelinci kalau sudah sakaratul maut, bakal megap-megap dan kejang-kejang terus melengking dan mati. Sumpah saya trauma dengar lengkingan rasa sakit kelinci pas mau mati, terakhir itu si Kimchi yang melengking tinggi sebelum RIP.

Jappy gak kesakitan

Jappy ini meninggalnya adem banget, dia napasnya terengah-enggah dan hilang dengan sendirinya. Dalam pelukan saya, tubuh si Jappy pelan-pelan berhenti bergerak. Sama sekali gak ada kejang-kejang terus jeritan melengking, Jappy cuma berhenti napas dan pergi. Mungkin karena dia merasa aman dalam pelukan saya dan ini juga yang bikin saya rada nyesel waktu Kimchi, Momo, Bimbim dan Sammy RIP gak saya peluk. Mereka cuma saya baringkan saja agar nyaman.

Waktu Kimchi, Momo, Bimbim dan Sammy meninggal, nyeseknya tuh kerasa banget tapi, pas Jappy cross the rainbow bridge saya sama sekali gak nyesek. Karena saya udah berusaha semaksimal mungkin buat sembuhin Jappy dan saya juga merasa Jappy ini RIP dengan amat tenang di pelukan saya. Malah yang ada rasa lega karena Jappy gak, kesakitan kaya kelinci yang biasanya mau mati. Jappy sudah senang bingky sama Sammy di ujung pelangi sana. 

Jappy bakalan jadi kelinci terakhir saya, sudah gak mau lagi adopt kelinci karena sudah pelihara semaksimal mungkin sampai habis uang gak sedikit buat perawatan dan dokter tetap aja kehilangan terus setelah empat tahun. Memang sih kelinci hewan yang rapuh banget dan gak semua dokter hewan ngerti soal kelinci. Target pelihara sampai 10 tahun pun kandar setelah Jappy RIP. 

Salah satu foto terakhir Jappy. Goodbye my sweet bunny girls, bingky free with Sammy up there.

Terima kasih semuanya

Jadi buat kalian yang sudah baca-baca blog ini dari awal pelihara si Kimchi tahun 2015 sampai sekarang, makasih banget dan seperti ini bakalan jadi post terakhir tentang kelinci. Sekali lagi gak ada niat buat adopt kelinci, bukan apa-apa cuma gak mau aja udah mati-matian ngerawat dan gak bisa tembus 10 tahun. 

Thanks buat Kimchi, Momo, Sammy dan Jappy. Its been great to educate people's all this years about bunny proper care.     

Baca Juga : Selamat Tinggal Bimbim si Mini Rex

Baca Juga : Selamat Tinggal Kimchi My Fuzzy Lop

Related Post

Review Infinix Smart 6 Setelah Seminggu Pemakaian


Review Infinix Smart 6/ RAM 2GB/ OS Android 11 GO/ Kamera 8MP+VGA/Harga Rp 1.250,000 
Sobat miskin yang gak mampu beli smartphone mahal, sudah pernah mencoba brand Infinix kah? Kebetulan dimusim pandemi ini untuk pembelian gadget harus mengencangkan ikat pinggang. Jadi smartphone Infinix smart 6 seharga Rp 1,250,000 jadi pilihan tepat. Tadinya saya berniat untuk membeli brand lain namun, dikisaran harga segitu brand lain, belum mendapatkan sensor lengkap seperti finger print dan face unlock sehingga Infinix Smart 6 ini menjadi pilihan tak ada lawan di kisaran harga segitu.

Desain

review infinix smart 6 indonesia

Dari segi desain sih biasa saja malahan mirip iphone, dengan material plastik bergradasi.  Infinix smart 6 ini memiliki waterdrop notch dengan bentang layar 6,6 inch jadi gak terlalu lebar dan masih enak untuk digenggam. Bagian atasnya bersih dari berbagai lubang port, semua mulai dari usb charger, jackport sampai audio speaker ada di bagian bawah. Desainnya terkesan solid dan mahal sekalipun mirip iphone karena letak kamera kotak di belakangnya.


Layar

Layar 6,6 inch ini berjenis IPS  beresolusi HD+ (1600 x 720 piksel) secara umum enak buat nonton sama baca document namun, sensor adaptive brightness Infinix Smart 6 gak terlalu bagus. Saya merasa sensor adaptive brightness Infinix Smart 6 terlalu gelap. Kelemahan di layar Infinix smart 6 adalah, tidak adanya led notification tapi, anehnya terdapat lampu led yang menyala ketika handphone discharge? Lantas, kenapa lampu ini tidak difungsikan sebagai led saja sekalipun hanya bisa satu warna?

Platform

Salah satu kelebihan Infinix smart 6 adalah kelengkapan sensornya, dari sensor cahaya, proximinity, accelerometer finger print sampai face unlock  ada semua.  Sementara untuk dapur pacu menggunakan Unisoc SC9863A (28nm) dengan OS android 11 versi GO dan RAM 2GB, awalnya khawatir dengan chipset dan OS serta RAM pas-pasan seperti ini pasti bakal lemot. Ternyata Infinix Smart 6 gak ada kendala untuk membuka apps apapun, kecuali game! Saya gak main game di smartphone tapi, apps berat seperti trello, VN editor, canva, picsart, Gdocs, Gslide, Gsheet bisa dengan lacar di buka, termasuk perpindahan antar apps pun smooth.

OS android 11 versi GO memang paling pas disematkan dengan RAM 2GB. Dalam kondisi sudah diinstal berbagai apps, Infinix Smart 6 ini masih menyisakan 1,3GB RAM. Saya sendiri gak menemukan kendala terhadap OS versi GO ini, apps untuk OS versi full pun bisa diinstal di OS android 11 versi GO. Cuma memang untuk UI seperti music player dan gallery bawaan OS android 11 versi GO kelihatan cheapy banget. 

Kamera

Foto utama 8MP + VGA  untuk outdoor, lumayanlah. 

Untuk kamera Infinix Smart 6 memang gak bisa berharap banyak sebab, kamera depan 5MP dan kamera belakang 8MP + VGA warnanya terlihat seperti kamera handphone merk china sementara, untuk detailing memang bagus. Hasilnya terlihat seperti interpolasi, terlebih warnanya yang over tapi, sensor kameranya bagus sih, soalnya detailnya bagus gak blur. Kelemahan terbesar kamera Infinix Smart 6 adalah di tempat gelap.


Foto kamera utama 8MP + VGA untuk indoor, detail sih bagus tapi, warna jadi over white

Kamera utama 8MP + VGA untuk outdoor malam hari, terlihat lumayan buriq dan untuk foto dalam minim cahaya kamera lag beberapa detik.

Kamera depan 5MP hasilnya lumayan untuk di tempat dengan cahaya memadai tapi, dalam keadaan gelap yassalam.


Baterai

Urusan baterai Li-Po 5000 mAh, non-removable memang juara banget, untuk daily driver bisa tahan seharian tapi, harus dicharge dengan kabel fast charging kalau pakai kabel charging biasa di charge malem sampai pagi cuma mentok di 76% saja. 

Overall

Overall buat saya, Infinix Smart 6 ini minus di kamera dan led notifikasi saja selebihnya bisa diandalkan, RAM pas-pasan dan OS versi GO ternyata bukan kendala untuk Infinix Smart 6 bisa dipakai sebagai daily driver. Infinix Smart 6 ini pun punya banyak fitur tersembunyi berkat XOS 7.6 tadinya, saya kira bakal miskin fitur demi bisa ringan tapi, ternyata dari nearby share sampai screen recorder dan berbagai phone mode ada di Infinix Smart 6. Selain itu, Infinix Smart 6 punya versi NFC dengan harga yang hanya terpaut 100-200 ribu saja.

Jadi kalau gak main game dan cuma cari smartphone untuk kerja dan daily driver saja, Infinix Smart 6 ini bisa diandalkan.




Related Post

Blog Archive

VIVA ID

Popular Artikel

Total Pageviews

Ini Baru Loh

Dari mana Energi Negatif di Rumah Kamu Berasal?

  Disclaimer Kali ini saya mau bikin rangkaian artikel tentang energi negatif di rumah sebab, punya pengalaman tentang hal ini dan ini ada...

Powered by Blogger.

.

.

Search This Blog

Protected by Copyscape Online Plagiarism Scanner

Subscribe Us

Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

About

Newsletter

If you like articles on this blog, please subscribe for free via email.

Subscribe Us

Facebook