Pages
Siapa tak kenal dengan Mary Poppins? Tokoh yang terkenal berkat film Disney ini aslinya merupakan novel best seller karangan P.L Travers buat banyak orang yang gak pernah baca novel aslinya mungkin bakalan mengira tokoh Mary Poppins ini seperti di filmnya, seorang nanny atau pengasuh yang berasal dari dunia ajaib dan mampu melakukan banyak hal ajaib. Ternyata setelah saya baca novel aslinya, Mary Poppins karangan P.L Travers jauh beda dengan yang sering dilihat dalam film Disney loh.
Mary Poppins mahluk apa?
![]() |
Dalam novel pertama Mary Poppins sama sekali gak dijelaskan dari mana pengasuh yang mampu membuat berbagai keajaiban ini berasal, yang kerap kali disebutkan adalah Mary Poppin sudah berusia tua atau ratusan bahkan ribuan tahun. Ini diketahui dari berbagai cerita dan teman Mary Poppin dalam novel pertamanya.
Dengan kata lain Mary Poppins bukanlah seorang penyihir sebab, sahabat-sahabatnya merupakan mahluk yang berumur amat sangat tua, Mary juga mampu berbicara dengan binatang, pergi kemana pun dan masuk ke dunia fantasi. Kekuatan Mary Poppins melebihi penyihir manapun dengan kata lain, Mary Poppins adalah seorang goddes atau dewi yang sudah ada semenjak dulu kala.
Aslinya tegas dan judes
Dalam film kita disuguhkan Mary Poppins yang cantik, baik
hati, cerdas dan maha bijak sementara dalam novelnya penokohan Mary Poppins
adalah judes dan tegas. Mary Poppins gak segan-segan untuk membentak anak-anak
Banks bahkan, terkesan ketus sekali terhadap si Bengal Michael.
Sifat tegas dan ketus ini, benar-benar menegaskan bahwa Mary Poppins adalah seorang yang berkuasa atau dewi. Mary Tidak pernah mau mengalah dengan si Bengal Michael bahkan, untuk sebuah argumen kecil sekalipun. Saya merasa Mary menganggap dirinya, lebih dari manusia apalagi bocil seperti Michael.
Novel anak-anak tapi berat?
Novel Mary Poppins ini sendiri cukup membingungkan karena
menurut saya, stylenya gak mungkin bisa dimengerti anak-anak sementara Mary Poppins
sendiri novel anak-anak. P.L Travers membuat Mary Poppins dalam berbagai
cerita, jadi dalam satu novel Mary Poppins ada beberapa cerita yang
masing-masing punya makna tersirat yang gak gampang dipahami.
Mulai dari masuk ke lukisan kapur si penjual korek, lalu
mengunjungi paman Albert, mencari anjing Ms Wigg sampai sapi menari dan melukis
bersama langit juga bintang. Kumpulan cerita ini bersatu dalam satu plot
mendidik anak-anak Banks.
Terus terang saya sampai bingung, mengapa novel anak dengan
pesan tersirat yang kompleks seperti ini bisa menjadi legend, mungkin selera
anak-anak luar negeri pada waktu itu beda banget sama zaman sekarang. Mary Poppins menurut
saya masih satu level dengan Where The Wild Thing Are juga Little Prince sebuah
novel anak-anak yang gak mudah dimengerti namun, padat akan pesan-pesan moral.
Beda pesan moral di buku dan film
Kalau di film Disney, Mary Poppins membantu keluarga Banks
yang kewalahan dan kesulitan finansial, di novel aslinya Mary Poppins justru
fokus dalam mendidik dan mengembangkan karakter Michael, anak sulung keluarga
Bank yang kerap nakal sampai jadi anak sulung yang bertanggung jawab.
Pokoknya beda banget dah, Mary Poppins asli sama versi
filmnya. Mungkin Disney sengaja merubah Mary Poppins yang tegas dan ketus, jadi
cantik dan baik hati, lemah lembut dan gemar menyanyi demi bisa digemari
khalayak. Pesan moral membangun karakter anak sedari kecil pun lantas hilang
demi, sebuah tonton keluarga.
Baca juga : Resensi Middle Scholl My Brother Is Big Fat Liar
Buat kamu para penggemar Pokemon
ada sebuah game clone, yang pastinya bakal bisa mengobati kerinduan kalian main
game pokemon. Game clone ini bernama Nexomon Extinction, sebenarnya Nexomon Extinction
gak bisa disebut sebagai clone Pokemon karena, dari story sama design
monsternya memang jauh beda tapi, banyak elemen yang sama dengan game pokemon.
Yang menjadikan Nexomon Extinction sebagai game clone Pokemon terbaik, adalah
pada game play itu sendiri. Nexomon Extinction cerdik dengan mengubah semua
kekurangan game Pokemon menjadi nilai jualnya. Nexomon Extinction sendiri
adalah versi game untuk Nintendo switch untuk steam dan android ada versinya
sendiri.
Game play
Secara garis besar Nexomon Extinction
gak jauh berbeda dengan Pokemon, kamu bakalan disuguhi RPG monter tame dimana
sang hero bakalan berpetualang sambil nangkep dan envolve semua nexomon. Yang
berbeda adalah, storyline dimana dalam dunia Nexomon Extinction, kamu adalah
titisan dewa Nexomon yang diselundupkan ke dalam wujud manusia, belum lagi
jalan ceritanya banyak banget dibumbui unsur komedi.
Kita bakalan disuguhin world yang
lebih beragam dan berwarna dari pada dunia Pokemon, dari under world sampai
avatar world dengan pulau terbangnya ada dan enaknya, kita bisa warp atau
langsung berpindah-pindah dengan cepat tanpa harus, jalan atau pakai HM fly.
Gameplay nyaris sama tapi, gak
mirip ada berbagai jenis Nexomon tapi unsur mereka gak semudah di Pokemon, ada
hidden ability dan special ability bahkan cosmic Nexomon atau versi shiny.
Pokeball diganti sama nexotrap dan Nexomon Extinction, punya kelebihan untuk
bisa kasih sampai empat item pendukung yang bisa mempengaruhi stat.
Kalau di Pokemon battle dengan
trainer gak bisa diulang, sementara di Nexomon trainer yang kamu temui di
sepanjang jalan bakalan bisa battle lagi dan uniknya Nexomon yang mereka pakai
ada di level yang berbeda. Hal ini juga berlaku waktu nangkepin semua
nexomon, area yang sama bakal nampilin Nexomon yang berbeda-beda, sesuai dengan
jam dan hari. Jadi gak bakalan bosen buat hunting Nexomon yang kamu mau.
Nexomon dibagi atas berbagai tingkatan, seperti rare, mega rare, common, uncommon dan legendary masing-masing
punya stat awal yang berbeda. Tapi, bukan berati Nexomon uncommon bisa dengan
mudah dikalahkan dengan Nexomon mega
rare. Perhitungan battle statnya lebih rumit dari pada Pokemon.
Grafis
Kalau dari segi grafis Nexomon Extinction
ini selevel dengan Pokemon game di 3DS. Sayangnya kekurangan terbesar Nexomon Extinction
ini, terletak pada design monsternya itu sendiri. Menurut saya design Nexomon Extinction
gak jelas, antara mau Pokemon atau Digimon? Banyak banget Nexomon yang terlihat
seperti dipaksakan dan terlalu rame.
Post game
Selain itu Nexomon Extinction
ini, punya post game yang gak terlalu menarik, palingan cuma nangkepin Nexomon
dragon dan legendary. Sialnya Nexomon Extinction gak bisa trading atau battle
online, ini yang bikin Nexomon Extinction mati kutu kalau lawan Pokemon. Jadi
cuma game yang mengandalkan main story saja.
Overall untuk saya, Nexomon Extinction bisa jadi pelipur lara dikala menunggu game Pokemon baru keluar pertengahan tahun ini dan kalau kamu gak punya Nintendo Switch, masih bisa main di steam dan android. Tapi, Nexomon ini bukan game gratis kamu harus bayar dan menurut saya, harga yang dibayar setimpal dengan grafis dan gameplay yang disediakan, apalagi kalau kamu fans garis keras Pokemon pasti betah main Nexomon Extinction.
Satu lagi film
coming age yang bagus banget dan seperti biasanya ini adalah film jadul,
keluaran tahun 1995. Film ini dulu terkenal banget di Indonesia tapi, saya gak
sempet lihat dan baru sekarang, punya kesempatan buat nonton White Squall. Film
ini pun, gak bisa dianggap sebelah mata karena yang bikinnya Ridley Scott
sutradara legend yang pernah bikin Blade Runner sama Alien. White Squall sendiri
adaptasi dari kisah nyata tragedi yang menimpa kapal Albatross di gulf of
mexico pada tahun 1961.
White Squall mengambil sudut pandang dari salah satu survivor bernama Chuck Gieg, pemuda tanggung berumur 17 tahun yang memutuskan break dan mengambil pengalaman ikuta jadi crew kapal Albatross. Kapal Albatross sendiri merupakan, sekolah terapung dimana semua siswanya bekerja jadi crew sambil belajar keliling dunia. Semacam camp musim panas di atas kapal dan selain Chuck Gieg ada 13 siswa lainnya.
Film berdurasi 2
jam ini sama sekali gak bikin ngantuk sebab, 13 siswa benar-benar eye candy banget
dari Scott Wolf sampai Ryan Philippe waktu masih muda ada di sini. White Squall
pun gak cuma tentang survivor di laut saja, karena film ini justru bergulat
pada masalah masing-masing siswa. Semua siswa yang datang ternyata punya
masalah hidup sendiri dan mereka, bakal belajar menghadapi itu sepanjang
perjalanan. Ada yang gak tahu mau jadi apa? Lalu ada yang stress karena
dikontrol sama bokapnya, terus ada yang trauma karena keluarga berantem terus.
White Squall pun memanjakan mata loh, cinematography Ridley Scott memang jempolan setiap angle dari film ini apik banget. Kita bakalan disuguhi pemadangan sunset dari berbagai belahan dunia. Sekalipun White Squall punya cerita yang mengalir tapi, sayangnya ketika adegan Albatross tenggelam justru gak terlalu kuat. Adegan Albatross tenggelam gak terlalu epic dan kurang di eksplore, termasuk ketika lima penumpangnya ikut tenggelam. Adegan pamungkas ketika sang kapten di siding pun gak terlalu kuat, kelihatan banget kalau White Squall ini keseret sama durasi yang sudah 2 jam sehingga adegan sidang seperti dipangkas. Selain itu scoring untuk film seperti ini pun, gak terlalu kuat padahal film dengan cinematography kuat harusnya didukung scoring yang kuat pula.
Baca Juga : Review The Flamingo Kid Film Coming Age Cerdas
Kasus tenggelamnya
kapal Albatross ini sendiri, sempat heboh banget di tahun 1961. Dan pada tahun
1995 novelnya yang ditulis oleh survivor Chuck Gieg. Setelah diriset memang ada
banyak perbedaan dengan kisah aslinya, seperti para survivor termasuk Chuck
Gieg sebenar gak pernah lagi saling bicara setelah kejadian. Dan fakta kalau
kapal Albatross tenggelam dihantam White Squall (ombak badai) pun masih menjadi
perdebatan.
Tapi, overall White Squall adalah flm yang enak banget buat ditonton, cinematic experiences lewat beragam laut, pantai dan pulaunya dapet banget, beragam beauty scene paling enak ditonton HD bluray, plot yang ringan mengalir bikin durasi dua jam gak kerasa. Kalau mau nonton White Squall ini ada kok di Netflix dan rekomen bagi yang cari film coming age.
Baca Juga : Review King Of Summer Film Coming Age Terbaik
Baca juga : Review The One and Only Ivan Film Disney Terbaik
![]() | |||
Rick Marcellus (1944-1961) siswa termuda salah satu dari lima korban tenggelamnya kapal Albatross |