Pages
Akhirnya dapat juga Nokia asha 501 walaupun yang dari dulu diincer adalah, Nokia asha 503 karena, designnya jauh lebih bagus Nokia asha 503 dengan balutan case bening. Nokia 501 ini memang sudah jadi inceran semenjak dulu sebab, saya memang rada freak sama gadget yang bentuknya lucu. Beruntung harga Nokia asha 501 ini susah amat sangat murah. Harga Nokia asha 501 ini cuma Rp 200,000 saja dalam kondisi second sementara full set dan kondisi mint harga Nokia asha 501 bisa Rp 500,000
Design dan layar
Pertama kali Nokia 501 ini
mendarat dan saya genggam, memang jauh lebih kecil dari perkiraan. Layarnya
yang cuma 3 inchi ini, benar-benar kecil banget tapi, masih bisa dilihat dengan
nyaman. Touchscreen sangat presisi serta enak, di swipe kanan-kiri. Untuk urusan ngetik mungkin gak bakal bisa dipakai orang yang berjari
besar sebab, keypadnya saja amat sangat mini, pas untuk ukuran anak SD.
Untuknya saya punya jari yang kecil sehingga gak kesulitan untuk ngetik.
Fitur dan software
Nokia 501 ini, mentok di asha
software platform 1.4 dan punya segudang fitur, dari browsing, Line, whatsapp, Twitter,
game jar, sd card, double sim card sampai bluetooth ada loh! U.I
interfacenya simple tapi, ringkas dan jelas gak ribet. Namun, sayangnya sistem
asha software platform sudah ditutup dan gak ada kelanjutannya. Sehingga semua
fitur-fitur Nokia 501 ini gak bisa dijalankan. Line, facebook, twitter dan
whatsapp udah gak bisa dipakai lagi karena, apps ini sudah gak ada pembaharuan
dan gak dapet dukungan lagi dari pengembangnya. Untungnya buat browsing masih
bisa dan ada fitur wifinya pula.
Salah satu kelemahan Nokia 501
ini, dibanding dengan asha lainnya adalah dia, gak bisa instal file jar langsung, jadi kalau mau masukin games harus download online sementara, fitur
ini pun udah gak jalan jadi, pasrah saja dengan game bawaan. Padahal Nokia 501
ini, bisa connect ke laptop seperti smartphone loh, jadi pindah file dan foto
mudah sekali. Hebatnya lagi, begitu dicolok masih bisa jadi modem loh.
Camera
Untuk camera dan Nokia 501 ini,
memang gak bisa berharap banyak tapi, jauh lebih baik dari pada android cina.
Pixelnya emang gak rapet dan gak ada auto fokus, hasilnya bisa dibilang lumayan
untuk sebuah handphone feature bahkan, dibandingkan dengan android Mito masih
bangusan Nokia 501 ini.
Sayang, asha software platform
sudah mati, padahal Nokia 501 ini bisa jadi feature phone yang powerfull.
Sekarang, Nokia 501 ini jadi seconday phone saja bentuknya yang mungil dan
baterai yang awet semingguan bikin Nokia 501 ini, cocok dibawa kemana pun tanpa
ribet.
Karena WFH mau gak mau saya jadi tahu tentang kehidupan perempuan-perempuan atau emak-emak belakang komplek ini. Mostly orang-orang belakang komplek kawin dengan perempuan yang gak kerja atau ibu rumah tangga, jadi mereka ini 24 jam berada di rumah dan selama hampir dua tahun ini, saya jadi tahu perempuan-perempuan belakang komplek perumahan itu keseharian seperti apa?
Kalau perempuan yang tinggal
komplek perumahan semuanya bekerja, jadi setiap pagi mereka sibuk oder ojol
buat pergi ke statiun atau berangkat dengan suami mereka, ada juga yang bawa
kendaraan sendiri tapi, jarang. Sementara, perempuan belakang komplek sedari
pagi, nongkrong di warung buat ngobrol ngalor-ngidul sambil nunggu tukang bubur
dan tukang sayur. Congor mereka udah ke
toa masjid yang bisa kedengaran sampai berpuluh-puluh kilometer.
Tadinya, saya kira perempuan
belakang komplek ini lebih baik karena, mendedikasikan hidupnya di rumah
ternyata tidak sama sekali, malah perempuan yang tinggal di komplek dan pergi
bekerja jauh lebih baik. Kok bisa saya bilang begitu? Sebab, saat pandemic ini
anak-anak mereka gak sekolah, bukannya belajar di rumah, anak-anak ini malahan
kelayaban seperti ayam liar dan emak mereka, baru sibuk panggil-panggil pas
udah jam 5 sore, cari ke komplek buat nyuruh anaknya pulang.
Jadi perempuan dan emak-emak
belakang komplek ini, pagi sekitar jam 8-10 sibuk nongkrong di luar, beli
bubur, ngobrol dan beli sayur di tukang sayur. Setelahnya masuk rumah terus jam
12 siang sampai sore, ngobrol gak jelas lagi sama tetangga mereka sementara
anak-anak mereka, diliarkan! Padahal, WFH harusnya belajar di rumah, banyak
dari anak-anak ini malah mojok dan mabar, udah begitu main jauh sampai ke komplek.
Sorenya, emak dan perempuan belakang kampung ini, sibuk cari anak-anak mereka
sampai ke komplek.
Terus saya bingung? Dengan waktu
sebanyak itu, masa anak-anaknya gak diajarin apa gituh di rumah? Perempuan dan
emak-emak belakang komplek ini malah sibuk sendiri dengan kegiatan gak jelas
mereka. Kegiatan mereka kek sampah banget! Mendidik anak juga kaga, malah
ngalor-ngidul gajebo saban hari. Udah heboh banget kalau ada yang bunting,
malahan prestasi mereka itu bunting aja saban tahun tapi, anehnya pas anaknya
udah gede, ngurusnya kek ayam, cuma dikasih makan terus diliarkan gak jelas.
Seperti masa pandemic ini, apa susahnya belajar bareng di rumah? Gak punya
internet kan masih ada LKS sama buku pelajaran, setiap pagi bisa kali satu atau
dua jam belajar bareng. Atau dengan waktu sebanyak itu, bisa home industry
bikin olshop jualan apa getuh. Tapi, ternyata perempuan dan emak-emak belakang
komplek ini, gak ada kegiatan sama sekali cuma, ngalor-ngidul ngobrol nggak
jelas.
Kalau misalkan ditanya kenapa
anak-anaknya gak belajar di rumah, jawabnya kek dajal. Bilang gak ada laptop sama
internet. Lah, itu saya lihat anak-anaknya pada mojok mabar? Berarti ada pulsa
kan? Terus mereka pake hape yang bisa main pabji sama mobile legend masa dipake
belajar online gak bisa? Kemahalan beli laptop? Tapi, kalau kawinan atau
sunatan kok bisa dangdutan tiga hari dua malam? Belajar di rumah lagian, gak
melulu harus pake teknologi, itu buku pelajaran masih bisa dipake.
Udah dah, males urusan sama
orang-orang ini. Lagi pula saya juga salah, gak mikir jauh sebab, umumnya
perempuan-perempuan dan emak-emak belakang komplek ini cuma lulusan SMA jadi
pola pikirnya juga mentok aja di situ. Jadi jangan heran kalau hidup mereka itu
kek lingkaran setan aja, gak maju-maju cuma muter di situ.
Gak sengaja nemu film di Disney+ yang judulnya The One and Only Ivan, sepintas film ini tentang gorilla terlihat biasa saja, apalagi dengan label Disney pasti filmnya ramah untuk keluarga dan bakal simple. Ternyata The One and Only Ivan bercerita lebih dari sekadar film keluarga, The One and Only Ivan berhasil membawa dark theme atau tema yang sulit ke dalam sebuah film keluarga. Tanpa harus mempertontonkan kekerasan.
The One and Only Ivan sebenarnya diadaptasi dari novel dengan judul yang sama dan novel The One and Only Ivan, terinspirasi dari kisah Ivan the gorilla di tahun 90'an. Hanya saja dalam plot ceritanya mengambil sudut pandang dari para binatang, ini sebabnya The One and Only Ivan masuk kategori film fantasi karena semua tokoh utama yakni para binatang yang berbicara sepanjang film.
Premis The One and Only Ivan sendiri gak ada yang special, bercerita tentang Ivan seekor gorilla yang terjebak di dalam mal sebagai atraksi sirkus bersama hewan-hewan lainnya selama 27 tahun. Ia berjanji pada seekor gajah tua bernama Stella untuk bisa, memberikan hidup yang penuh kebebasan pada penghuni baru sirkus yakni, seekor anak gajah bernama Ruby.
Yang membuat saya suka dengan The One and Only Ivan adalah cara penuturan temanya, manusia adalah mahluk yang jahat tapi, tidak semua manusia itu jahat. The One and Only Ivan membawa tema yang berat namun, tidak menggambarkan manusia sebagai antagonis. Perasaan kesepian dan ketidaktahuan para binatang pun, berhasil digambarkan dalam film ini.
Kehebatan The One and Only Ivan adalah, membawa tema berat ke dalam sebuah film keluarga tanpa harus judging. Penonton bakal bersimpati penuh pada Ivan dan Ruby tapi, gak perlu marah sama manusia yang sudah membawa mereka ke dalam mal. Kita bisa dibuat merasa bersalah tanpa dihakimi lewat film The One and Only Ivan. Film berdurasi 1:30 menit ini, mempunyai pacing yang lamban tapi, sama sekali gak terasa lamban, apalagi membosankan. Semua voice castnya pas, dari Ivan, Ruby sampai Henrietta bahkan, CGI untuk The One and Only Ivan berhasil dapat nominasi oscar tahun ini untuk best visual effect.
The One and Only Ivan adalah, salah satu film Disney terbaik di tahun ini, film ini jadi salah satu film tentang hewan paling bagus setelah Babe yang tahun 1995 berhasil menyabet 7 nominasi oscar. The One and Only Ivan punya vibe yang sama dengan film Babe. Ini salah satu film yang rekomen banget buat ditonton di Disney+
Review : White Squall Film Tentang Tenggelamnya Kapal Albartoss
The Turning adalah film horor yang berdasarkan novella tahun 1898 The Turn of the Screw karya Henry James. Sepintar The Turning ini seperti film horor biasa, hampir keseluruhan film berkisah tentang hantu dan bagaimana tokoh utama Kate berusaha memecahan misteri di mansion fairchild namun, The Turning ini memberikan sebuah ending yang tidak terduga dan menyelamatkannya dari sebuah film horor mediocore yang bermodalkan jump scare scene. Imbasnya, kita bakal bingung dengan film The Turning ini, apakah sebenarnya yang terjadi?
Ending The Turning
Dalam ending pertama kita bakal disuguhi cerita dimana kate berhasil membawa Flora dan Miles keluar dari mansion lalu, adegan rewind ketika Kate menerima lukisan dari Ibunya dan memaksa Flora dan Miles untuk mengakui bahwa, mereka juga melihat hantu lalu Kate mengalami mental breakdown. Kemudian adegan berubah ke kolam renang dalam rumah sakit jiwa dimana, ibu Kate dirawat. Saat Kate mendekati dan melihat wajah ibunya, ia berteriak lalu end credit.
Penjelasan ending.
Jadi buat apa ada dua ending seperti itu? Floria Sigismondi sang sutradara berusaha menciptakan efek ambigu dalam filmnya, kalau mau jujur The Turning sendiri memang gak begitu bagus dari plot bukan. Lantas mana ending yang benar? Ending yang benar adalah Kate yang mengalami mental breakdown setelah memaksa Flora dan Miles untuk mengakui bahwa, mereka melihat hantu juga. Dan adegan Kate berteriak saat melihat wajah ibunya sebenarnya, ia melihat wajah dirinya sendiri. Dengan kata lain, Kate mewarisi penyakit mental dari ibunya.
Kalau kalian jeli, dari awal sudah dijelaskan ending mana yang asli. Lihat saja dari judulnya, The Turning aka berubah! Apa yang berubah? Kate yang tadinya waras berubah jadi ODGJ (orang dengan gangguan jiwa) The Turning sepanjang film sebenarnya, menceritakan ketakutan Kate untuk jadi gila seperti ibunya.
Hint di film
Jadi sebenarnya gak ada hantu? Memang dari awal gak ada hantu dan semua yang diceritakan Mrs Grose adalah benar.
1. Quint memang orang brengsek yang memperkosa dan membunuh Miss Jessel tapi, Quint juga sudah mati jatuh dari kuda karena mabok, Mrs Grose sendiri pernah cerita kalau dia yang memastikan Quint benar-benar mati.
2. Miles memang anak kurang ajar karena, bergaul dengan Quint, ini yang menyebabkan sikap Miles seperti dajal karena sering diajak mabok-mabok ke pub.
3. Flora gak mau keluar gerbang dan bilang akan mati kalau keluar gerbang. Mrs Grose pernah bilang, kedua orang tua Flora mati kecelakaan di luar gerbang mansion dan saat itu Flora melihat langsung. Jadi Flora ini trauma, setiap kali diajak keluar dari gerbang mansion.
4. Cerita seram mansion fairchild ditambah prank menakutkan Miles adalah, pemicu utama penyakit mental Kate timbul. Rasa was-was ditambah ketakutan mendalam akan hantu Quint, membuat Kate berhalusinasi.
5. Saat memberikan paket berisi lukisan dari ibu Kate, Mrs Grose sudah mengatakan bahwa, semoga saja penyakit jiwa ibu Kate bukan genetik.
Pengguna Redmi pasti sudah
terbiasa dan hapal dengan interface bawaan MIUI, sepintas MIUI ini terlihat
sempurna sekali bahkan, hampir mirip dengan iOS. Tapi, setelah saya menggunakan
dua seri redmi yakni 7A dan 5 plus dengan MUI 12 dan 11 saya menemukan bahwa,
MIUI ini tergolong berat sekali bahkan redmi 5 plus dengan ram 3gb dalam
keadaan default belum diisntal aplikasi hanya menyisakan 1gb-800mb saja, anehnya
redmi 7A yang cuma 2gb pun sama hanya menyisakan 1gb-800mb dalam keadaan default.
Setelah diintal beragam aplikasi Redmi 5 plus mentok di 800mb sementara Redmi
7A bisa di bawahnya.
MIUI memang sebuah interface yang bagus karena, membawa beragam
fitur sebut saja theme, wallpaper stock, screen recorder, Quick ball, full
screen, mi mover, mi account, mi pay etc. Imbas dari beragam kostumisasi dan
fitur ini adalah, sebuah interface yang lumayan berat! Dimana ram 2-3gb
gak cukup buat bikin handphone dan beragam apps berjalan mulus tanpa lag. Redmi
7A dan 5 plus saya sering sekali mengalami lag apps, seperti instagram, opera
dan aplikasi yang membutuhkan online.
MIUI simpan banyak data user
Selain itu, penyakit interface
MIUI adalah, gemar menyimpan data user. Sebagai contoh apps cleaner bawaan yang
sebenar cuma apps refresh+close, jadi gak bener-bener clear cache. Sementara
cache asli disimpan dalam storage- cache data, pada MIUI 11 saya harus masuk ke
storage untuk hapus manual pada MIUI 12 sama saja bedanya, gak bisa langsung
seperti MIUI 11, harus satu persatu apps. Belum lagi clipboard, apps note yang rajin
save data user seperti password etc, pokoknya banyak banget yang disimpan oleh
MIUI. Cache data yang disimpan ini bisa sampai bergiga-giga dan gak ada, cara
lain selain manual untuk membersihkan, beragam apps clear cache pihak ketiga
gak sanggup buat nembus storage MIUI. Kalau gak rajin clear cache data manual,
semua informasi yang tersimpan bergiga-giga ini, bakal bikin super handphone
lemot.
Dari sini saya berinisiatif untuk membuat MIUI jadi lebih ringan.
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah : meng-unlocked redmi itu sendiri supaya bisa debloatware/ hapus bloatware atau menghapus aplikasi bawaan MIUI. Cara unlocked redmi silahkan google sendiri yah,
Langkah kedua : setelahnya jangan lupa untuk download ADB fastboot tool sebuah tool untuk menguninstal beragam apps di Redmi. Silahkan googling sendiri ADB fastboot tool.
Langkah ketiga : kalau sudah unlocked dan install ADB fastboot tool, jangan lupa masuk ke developer mode on dulu (ini juga googling aja cara, masuk ke developer mode on)
Langkah ke-empat : setelah redmi terkoneksi dengan ADB fastboot tool jangan sembarang hapus bloatware, salah
hapus bisa-bisa Redmi gak berfungsi normal. Jadi berikut list bloatware yang
saya hapus dari Redmi 7A dan 5 plus tanpa, menganggu fungsi normal handphone.
Hasilnya
Lalu setelah bloatware ini dihapus bagaimana? Ram yang tadinya cuma tersisa 800mb sekarang jadi 1,5gb dan kerasa lebih ngebut gak ada lagi lag. Instastory yang selalu crash sekarang lancar, opera lancar, Tik Tok yang awalnya berat dan kudu pake versi Lite, sekarang jalan mulus banget. Pokoknya gak ada lagi kendala lag, lemot dan crash apps. Sebenarnya, debloatware ini gak perlu kalau Redmi kamu, punya ram 4gb ke atas namun, kalau 3gb ke bawah amat disarankan untuk debloatware supaya kenceng dan lancar.
Atapun buat kamu yang seperti saya, udah kesel banget sama MIUI yang rajin keep semua data user lewat berbagai bloatwarenya, mau gak mau memang harus hapus extreme bloatware MIUI.
Review Sony Xperia X Compact SO-02J/ Ram 3Gb / Memori 32Gb/ Camera 23MP/ Android Oreo/ Review Sony Xperia X Compact SO-02J Rp 800,000 - Sebelumnya saya sudah pernah pakai Sony Xperia Z1 Compact tahun 2018 lalu namun, sayangnya OS mentok di lollipop, dua handphone Redmi yang dipakai saat ini pun gak bisa bikin betah! Entah kenapa saya gak sreg dengan MIUI, berat dan demen banget simpen data user. Maka dari itu saya ingin balik lagi ke Sony Xperia dan pilihan kali ini, jatuh pada Sony Xperia X Compact SO-02J. Berbekal surfing di toko hijau akhirnya saya berhasil menemukan Sony Xperia X Compact SO-02J murah meriah dan sudah dibloatware serta imei aman.
Design
Begitu datang design Sony Xperia X Compact SO-02J ini cantik dan ciamik banget, sumpah enak banget dipegang dan dipandang. Saya pilih warna biru pastel dengan tingkat kemulusan 90% walaupun release tahun 2016 tapi, designya gak lekang sama waktu masih bisa pede dan gaya pegang Sony Xperia X Compact SO-02J. Walaupun begitu ada yang bikin bingung, yakni peletakan tombol volume dan shortcut camera yang terletak di sisi kanan bagian bawah, mau gak mau jadi sering kepencet, sementara fingerprint yang satu dengan on/off juga ada di sisi kanan, ini lebih enak dari pada posisi di belakang pake telunjuk.
Layar cuma 4,6 inch IPS LCD tapi, Corning Gorilla Glass 4 dan bening banget, siomay 6 inch aja gak sebanding sama layar Sony Xperia X Compact SO-02J. Tapi, belum bisa fullscreen jadi di bagian bawah masih ada tiga tombol back, home dan recent, untung layar cuma 4,6 inch, jadi gampang diraih sama jempol. U.I Xperia X Compact SO-02J ini pun simple banget gak banyak kostumisasi macam siomay, jadinya super duper ringan walaupun fitur seperti screen recording, call recorder, quickball etc gak ada. Kelebihan lain adalah, design double speaker yang berada di atas bukan di belakang atau di bawah, jadi suara nyaring dan stereo.
Kamera
Sepintas kamera 23 MP, f/2.0, 24mm (wide), 1/2.3", PDAF di atas kertas seperti biasa saja tapi, hasil foto bening banget! Detail dan warna jelas banget, gak terlalu terang dan gak burem kek siomay. Bisalah sebanding sama Iphone SE dan Iphone 6 sayangnya video recording cuma bisa, 1080p@30fps, 1080p@60fps belum lagi setingan video simple gak ada panoramic, timelaps sama slowmo seperti di siomay. Tapi, lagi-lagi hasil recordingnya bening banged, sumpah mulus ketimbang siomay yang bisa full UHD 4K, 30fps.
Hardware and OS
Jeroannya gimana? OS mentok di Oreo versi awal sedangkan, Ram 3Gb dengan prosesor Qualcomm MSM8956 Snapdragon 650 ini, ngebut banget! Semua lancar gak ada lag sama sekali. Belum lagi, ini versi debloatware dimana semua apps docomo sudah dihapus, jadinya makin ngebut, setelah diinstal berbagai apps, sisa Ram masih 1,3Gb bandingkan dengan siomay Ram 3Gb MIUI 12 dalam kondisi difault saja sisa Ram cuma 1gb-800Mb setelah diinstal berbagai apps cuma sisa 800Mb.
Sayangnya, Snapdragon 650 bikin Sony Xperia X Compact SO-02J jadi setrika portable alias panas beud. Memang inilah penyakit Snapdragon 650 dan diperparah dengan gak adanya updated dari Sony untuk memperbaiki ini. Ini saya akali dengan pasang case jadi, gak kerasa di tangan. Namun, untuk pemakaian normal orang kantoran masih masuk akal dan bisa ditolerir, lain hal kalau bocah ingusan yang dipakai maen game, pasti gak bakal tahan sama panasnya, pemakaian normal aja jadi setrika apa lagi dipakai main game.
Ternyata harus ganti baterai!
Setelah dua minggu saya pakai Sony Xperia X Compact SO-02J ini botloop, gak mau masuk sistem. Botlop pun harus sambil dicharger dan ternyata baterai dari tahun 2016 ini sudah matot dan harus diganti dengan baterai original seharga 150 ribu. Hasilnya? Xperia X Compact SO-02J ini jadi adem! beneran gak overheat dan panas lagi! Ternyata biang kerok panas dari baterai yang udah kadaluarsa. Jadi kalau beli Xperia X Compact SO-02J mau gak mau harus ganti baterai! Karena ini produk dari tahun 2016.
Baterai
Kelemahan lain dari, Sony Xperia X Compact SO-02J adalah baterai yang cuma Li-Ion 2700 mAh dan diperparah dengan pengisian daya pakai USB type C jadi harus beli charger lagi. Li-Ion 2700 mAh dalam pemakaian normal, sehari bisa dua sampai tiga kali charge. Walaupun USB type C sudah fast charging tapi, kok gak kerasa fast charging yah? Masa Li-Ion 2700 mAh sampai satu jam? Apa mungkin karena listrik di rumah dayanya gak gede?
Overall, Sony Xperia X Compact SO-02J ini masih ok untuk dijadikan handphone utama sehari-hari, kamera super mulus, kinerja ngebut buat sosial media, trello, zoom, office, video editing dan design cantik bisa nutupin kekurangan baterai yang cuma 2700 mAh. Karena dulu saya terbiasa pakai Iphone SE jadinya, gak ganggu dengan baterai 2700 mAh, malahan bisa dibilang Sony Xperia X Compact SO-02J versi Iphone SE dari android, mungil namun bertenaga plus kamera super bening.
Baca Juga : Review Sony Xperia Z1 Compact
Baca Juga : Review Redmi 5 Plus Masih Bisa diandalkan di tahun 2021
Review Infinix Smart 6 Setelah Seminggu Pemakaian (everybodygoesblog.com)
Sebenarnya saya sudah tahu The Secret karya Rhonda Byrne dari dulu tapi, cuma setengah-setengah alias cuma download cuplikan-cuplikan The Secret dari YouTube, jadi gak pernah baca full bukunya. Berhubung gabut WFH saya pun memutuskan untuk membeli buku The Secret karya Rhonda Byrne ini, versi barunya jauh lebih compact dengan tebal 236 halaman. Dari cuplikan film-film yang saya download sih sebenarnya sudah cukup mewakili, inti dari buku The Secret ini walaupun ada banyak hal yang lebih enak dibaca dan terorganisir di bukunya.
Pada dasarnya The Secret memberitahu kita hukum tarik-menarik, apapun yang kita pikirkan akan menarik langsung ke dalam diri kita, maka dari itu penting banget untuk selalu berpikir positif. Selain itu, The Secret karya Rhonda Byrne ini pun mengedepankan pentingnya untuk selalu bersyukur, menerima diri sendiri dan apapun yang kita miliki.
Semua hal tersebut dibagi jadi, enam rahasia.
Mulai dari rahasia menarik uang, relasi, kesehatan, dunia dan kehidupan.
Bagaimana kita bisa menarik hal-hal tersebut ke dalam kehidupan kita dan apa
yang harus dilakukan, dijelaskan dengan baik dalam buku The Secret.
Gak ada yang magis dari buku The Secret ini semuanya murni tentang cara berpikir kita terhadap hal-hal yang dihadapi dan bagaimana kita mengolah pola pikir terhadap hal-hal tersebut. Mungkin yang bakal jadi hambatan adalah, terjemahan yang terasa kaku dibeberapa bagian, terjemahannya mentah banget menurut saya dan gak dialihkan ke dalam bahasa non baku sehari-hari.
Cocok Buat Anak Muda dan Orang Yang Tinggal di Lingkungan Negatif
Ini adalah buku, yang seharusnya saya baca ketika
berumur 20 tahunan dan cocok banget, buat saya yang tumbuh di lingkungan
negatif dimana hampir semua orang, pemalas dan pengangguran belum lagi
penggemar ilmu pengasihan. Kalau kalian
tumbuh di lingkungan negatif, The Secret karya Rhonda Byrne amat sangat
membantu.
Memaksa diri sendiri untuk bisa berpikir
positif dan melawan semua pikiran jelek, walaupun dalam prakteknya gak gampang.
But it helps a lot! Makanya buku ini langsung cepet banget selesainya karena,
memang menawarkan apa yang saya butuhkan.
Prakteknya Gak Gampang!
Kekurangan lain adalah, bagaimana prakteknya
dalam hidup kita. Membuat affirmasi yang gak lekang oleh waktu itu susah.
Serajin-rajinnya kita berpikir positif ada kalanya capek dan terus berharap
tapi, gak kunjung datang juga bikin kita jadi males. The Secret sejatinya cuma
memberikan rahasia hidup yang paling dasar, maka dari itu saya pun tertarik
untuk baca lanjutan buku ini, The Power.
Ada juga beberapa orang yang bilang kalau buku ini meniadakan eksistensi Tuhan, padahal sepanjang 236 halaman banyak banget yang mengingatkan kita untuk bersyukur sama Tuhan.