Facebook Me

download untuk Gramedia digital best romance novel

Review Redmi 5 Plus, Masih Bisa Diandalkan di Tahun 2021

Pindah ke android dari ios itu gak gampang yah. Setelah sempat pusing oleh Redmi 9A dengan segudang iklannya dan memori yang cuma 16GB, akhirnya saya pindah ke Redmi 5 Plus. Memang bukan produk baru, Redmi 5 Plus ini keluar di tahun 2018 namun, setelah dilihat spec-nya seperti masih mumpuni terlebih harga juga ramah di kantong. 

Design

Review Redmi 5 Plus / RAM 3gb/ Memory 32GB / Harga Rp 1.000.000 -

Dari segi design sih standar Xiaomi pada umumnya tapi, yang saya suka adalah tingkat ketipisan Redmi 5 Plus ini. Padahal layar 5,8 inch dan baterai 4000mAh dengan material besi namun, karena design standar Redmi 5 Plus ini sama sekali gak kelihatan premium.

Layar

Review Redmi 5 Plus / RAM 3gb/ Memory 32GB / Harga Rp 1.000.000 -

Layar yang 77% dari total body dengan 1080 x 2160 pixels, 18:9 ratio (~403 ppi density) ini, tergolong biasa saja sih sebab, layarnya masih IPS LCD. Bentang 5,8 inch ini sumpah enak banget, apalagi buat kerja buka dan ngedit document, terus ambil data di Trello terlebih pas WFH seperti ini. Kerja sambil rebahan, sambil lihat kerjaan di layar 5,8 inch enak banget. 

Hardware and Software

Terus daleman Redmi 5 Plus ini gimana? Banyak yang bilang Qualcomm MSM8953 Snapdragon 625 (14 nm) udah ketinggalan zaman tapi, dipakai buka banyak apps so far gak ada masalah. Dari google docs, trello, drive sampai sosmed lancar walaupun gak cepet banget, jadi ada jeda beberapa detik getuh. Kalau buat maen game pabji, mohon maaf bukan bocil jadi gak main game di handphone.

Ram 3gb dipadukan dengan memori 32GB bikin makin leluasa buat instal apapun. Sayangnya Redmi 5 Plus ini konon, mentok di OS 8 Oreo dan MIUI 11.0.2 rumor sih bakalan ada update ke OS 10 dan MIUI 12 tapi, hanya sebatas rumor. Sekalipun begitu, Redmi 5 Plus ini lancar banget dan gak ada kendala untuk pemakaian sehari-hari.

Kelebihan lain Redmi 5 Plus adalah bebas iklan dan bloatware beriklan, gak seperti Redmi 9A yang iklannya jahanam banget dimana-mana. Redmi 5 Plus ini adem, iklan cuma di file explorer sama wallpaper carousel sialan yang selalu minta di-ON.  

Baca Juga : Cara Menghilangkan Iklan di Redmi 9A Tanpa Root

Penyakit produk Xiaomi juga kelihatan di apps instagram, di Redmi 9A instagram sering crash update story gambarnya ketarik landscape  dan dark mode selalu kacau karena, semua caption dan teks ikutan hitam. Redmi 5 Plus juga begitu bahkan sampai crash dan minta bug report.

Masih Simpan Data User

Saya juga gak merasa Redmi 5 Plus ini menyimpan data seperti Redmi 9A. Semua berjalan normal, gak ada yang tiba-tiba autosync atau iklan berdasarkan percakapan whasapp.  Walaupun begitu, Xiaomi tetaplah produk buatan Tiongkok yang memang menyimpan data usernya. Ini juga salah satu penyakit Xiaomi, dia gak bisa hapus semua cache. Cache data semua apps tersimpan rapi, di dalam seting atau lebih tepatnya, di cache data. Tetap harus hapus manual, bayangkan kalau anda mau jual handphone dan gak reset, cuma log-out dari apps saja bahkan delete apps pun semua data masih ada di cache data. 

Makanya kalau saya, selalu unlock produk Xiaomi dan hapus semua apps bloatware mereka. Paling yang saya sisakan cuma file explorer bawaan saja semantara, notes Mi Account, Ouick access, Mi pay etc langsung dihapus.

Baca Juga : Kenapa Saya Parno Dengan Mi Account

Baterai

Baterai 4000mAh standarlah, tergantung pemakaian tapi, cukup awetlah untuk kebutuhan sehari-hari. Walaupun gak dilengkapi sama fast charging tapi, pengisian masih kerasa cepet dari 10% ke 50% gak sampai 30 menit. 

Kamera

Dan untuk kamera  12 MP, f/2.2, 1.25 μm, dual pixel PDAF  buat saya sih standar, kalau dibandingkan Iphone SE masih jauhlah tapi, gak jelek juga, masih bisa diandalkan dan juara di wide angle. 

Foto dipencahayaan baik, siang hari. Wide angle Redmi 5 plus in memang juara.
Foto dipencahayaan minim, malam hari, Indoor.

Overall

Overall, Redmi 5 Plus ini masih lebih dari cukup untuk pemakaian sehari-hari, layar yang luas dan spec yang mumpuni untuk keperluan office sehari-hari bikin Redmi 5 Plus killer untuk smartphone keluaran baru. Ini juga yang menjadi senjata makan tuan sebab, jika Redmi 5 Plus diberi upgrade ke OS 10 dan MIUI 12 maka orang-orang tentu akan enggan beralih. Tapi, semoga saja Xiaomi masih berbaik hari untuk memberikan upgrade karena, dengan spec segitu Redmi 5 Plus masih mampu untuk menjalankan OS 10 bahkan 11. 

        

Related Post

Resensi Calamity Ending Yang Oustanding Dari Para Epic : The Reckoners Trilogy

Akhirnya selesai juga baca The Reckoners Trilogi Firefight, ini merupakan bacaan selama WFH dan Calamity adalah seri penutup dari The Reckoners Trilogi. Dua seri sebelumnya, SteelHeart dan Firefight sukses jadi buku dengan plotingan terhebat yang saya baca di tahun 2020.  Brandon sanderson memang jago banget bikin plot sampai-sampai dari seri awal nggak ada yang bisa ditebak endingnya.

Resensi Calamity : The Reckoners Trilogy

Sinopsis

Calamity melanjutkan perjalanan  David dan The Reckoners ke kota Ildithia sebuah kota yang dibangun dari garam dengan kekuatan epic, The Reckoners pergi ke kota  ini setelah mendengar Professor tengah membangun kekuatan di Ildithia. Professor tengah merencanakan sesuatu dan membunuh semua epic yang melawannya, termasuk high epic penguasa Ildithia Larcener si pencuri kekuatan. Sayangnya epic ini terus saja bersembunyi sehingga membuat professor memporak-porandakan Ildithia.

The Reckoners yang sudah sekarat masih bersemangat untuk menghentikan professor dengan hanya berbekal terkaan David, perihal kelemahan Professor. Beruntung David berhasil menemukan seorang epic lama teman professor bernama Knighthawk, pencipta alat tensor dan sebagainya yang berasal dari sel sel epic. Dalam perjalanannya The Reckoners berkumpul kembali dengan Tia dan epic penguasa Ildithia Larcener justru datang meminta perlindungan.

The Reckoners dengan segala kekurangannya harus putar otak dan mati-matian melawan Professor dan pelan-pelan rahasia tentang rencana professor dan Calamity mulai terkuak bahkan, David berhasil menemukan kelemahan Prodessor disaat-saat terakhir pertempuran.  Serta mengalahkan Calamity dan membawa kedamaian bagi dunia.

Resensi

Brandon Sanderson memang seorang maestro plotingan, Calamity dari awal sampai akhir beneran nggak bisa ditebak! Bahkan endingnya pun di luar dugaan. Perjalanan David beserta The Reckoners dalam melawan Professor berjalan mengalir, kita bakalan nggak sabar buat tahu gimana otak cerdas David melawan high epic. Calamity dibuat sesuai porsinya nggak kerasa kalau seri ini dibuat supaya panjang.

Setiap chapter bawa kejutan tersendiri yang bikin kita mikir kalau, sebenernya petunjuk itu ada di buku sebelumnya. Calamity tanpa plot twist sama sekali tapi, bukan berarti kita bisa dengan gampang nebak apa yang akan terjadi. Justru kekuatan Calamity di situ, bisa membawa kita ke cerita yang tanpa plot twist namun, tetap bisa kasih kejutan. Semuanya dari awal dikasih petunjuk hanya kita saja yang kudu jeli seperti, kenapa David bisa punya kekuatan tapi, nggak jahat. Ada banyak hal-hal kecil yang bikin kita sadar kalau semua jawaban tentang epic itu, termasuk Calamity yang menyamar jadi Larcener. Kalau kita jeli mana mungkin ada epic yang bisa mencuri semua kekuatan epic lain, kecuali dia mengambil apa yang dia berikan sebelumnya dan nggak ada epic sekuat itu kecuali Calamity sendiri.

Calamity berfokus pada jalinan cerita yang outstanding semua energy dicurahkan ke situ, imbasnya kaum pecinta cerita meye-meye yang matanya sampai jereng cari quotes nggak bakal nemu di Calamity. This is not your kind a book!

Note :

Berikut penjelasan The Reckoners Trilogy :

EPIC : epic adalah manusia biasa yang diberikan kekuatan, pada akhirnya kekuatan ini merusak semua manusia secara pelan-pelan.  Kekuatan epic pelan-pelan membuat manusia membenci segala sesuatu dan membuat kegelapan menguasai mereka. Makanya banyak epic yang jadi jahat bahkan, sampai memusnahkan manusia.

Kelemahan epic : Setiap epic punya kelemahan yang nggak terkait kekuatannya, kelemahan epic adalah ketakutanyang disembuyikan dan  biasanya kelemahan epic berasal dari kondisi saat masih jadi manusia. Seperti Megan yang takut dengan api, David yang takut tenggelam, Professor yang takut akan kegagalan, Edmund yang takut anjing.

Supaya bisa tetap waras dan nggak hilang kebaikan setiap epic harus bisa mengalahkan ketakutan mereka, kalau nggak mereka bakal digerogoti oleh kekuatannya sendiri.

Calamity : Calamity terjadi 10 atau 11 tahun lalu saat ada bintang terang bersinar dan memberikan manusia-manusia kekuatan. Lalu siapa dan apa sih Calamity itu? Calamity adalah sebuah ras di luar manusia, entah itu alien atau demon yang diberi tugas oleh kaumnya untuk menguji umat manusia. Ada bagian dimana Calamity berbicara dengan bahasa yang nggak dimengerti oleh David dan itu menunjukan kalau Calamity bukan manusia.

Nah, si Calamity ini harusnya diam saja di atas bumi buat merhatiin kehancuran manusia tapi, dia bosan dan turun menyamar jadi high epic bernama  Larcener. Calamity percaya kalau manusia  lemah dan nggak bisa melawan efek dari kekuatan yang diberikannya,  manusia pasti akan saling menghancurkan.

Beruntung Megan dengan kekuatan antar dimesinya bisa menunjukan bahwa, ada dimensi tanpa Calamity artinya dunia  dimana manusia punya kekuatan tapi, nggak jadi jahat dan David menunjukan ada beberapa epic yang bisa melawan efek kegelapan dari kekuatan. Siapa sangka ini adalah kelemahan Calamity, yakni kepercayaan bahwa manusia nggak lemah dan bisa melawan kegelapan akibat kekuatannya.    

Endingnya?

Jadi dunia selepas Calamity adalah dunia marvel cinematic universe dimana, bakalan ada banyak manusia berkekuatan super. Perihal manusia-manusia super ini baik atau jahat? Itu berbalik pada individu itu sendiri apakah mereka bisa melawan kegelapan dan ketakutan akibat kekuatan mereka sendiri? Setidaknya David dan kawan-kawan, sudah tahu kelemahan semua epic dan David sendiri menjadi epic dengan kekuatan super yang akan melindungi dunia dari epic jahat. 

Endingnya, adalah seperti diceritakan di buku pertama, dimana David percaya kalau epic muncul di dunia ini sebagai superhero untuk membantu. Pada akhirnya David sendirilah yang menjadi superhero bagi dunianya.  

Baca juga : Review The Reckoners Trilogy : Steelheart

Baca Juga : Review The Reckoners Trilogy : Firefight


                                   follow saya di instagram @everybodygoesblog


Related Post

Review Evercoss M6 : Produk Asal Pasang OS Android 10

Satu-satunya brand lokal yang pernah saya coba adalah Advan dan Mito itu pun bikin saya kapok untuk kembali membeli produk-produk mereka. Sekarang, saya mencoba salah satu brand lokal bernama Evercoss dengan produk M6. Dari luar smartphone Evercoss M6 ini terlihat sangat menjanjikan dengan specs yang mumpuni belum lagi, harganya pun hanya 800 ribu saja. Beberapa review di YouTube memang sudah menunjukan kekurangan Evercoss M6 ini namun, ternyata para reviewer Youtube nggak jeli atau bisa dibilang asal mereview saja karena, saya menemukan banyak sekali kekurangan dari Evercoss M6 ini.

OS android 10 bodong.

Betul saudara-saudara Evercoss M6 ini hanyalah sebuah smartphone yang diisi OS android 10 bodong tanpa kostumisasi apapun! Jadi M6 ini nggak punya banyak setingan layaknya smartphone android lainnya, cuma OS andoird 10 saja. Saking asalnya evercoss M6 bahkan nggak punya gallery buat lihat foto dan video cuma menggandalkan google photo bawaan dari os 10 selain itu music player saja pakai YouTube music loh.

App drawer seting yang bisa kita temui isinya pelit banget, cuma ada 8 icon pengaturan dan dark mode, bettery saver, location etc nggak ada sama sekali. Keadaan ini diperparah saat masuk settings, sumpah masa setingan smartphone ala kadarnya?

Nggak ada kostumisasi dan cuma asal tempel OS 10 bukan berarti performanya jelek karena, OS 10 ini ternyata amat stabil dan nggak ada kendala apapun saat mendownload dan membuka aplikasi. Beberapa aplikasi besar bisa terbuka dengan baik.

Bahkan office tool seperti word dan kalkulator saja sama sekali gak dikasih? Padahal memori cuma 16GB masa kudu download lagi? Tool office seperti itu penting sekali, masa sampai nggak kepikiran buat dimasukin ke OS?


Evercoss M6 ini pun punya nilai lebih baik dari pada Advan karena, cuma ada 2 bloatware bawaan dan sama sekali nggak dikasih iklan. Evercoss m6 ini bener-bener bersih dari iklan, nggak seperti Advan yang disisipi iklan dalam system OS. Jadi makenya adem nggak perlu risih dengan keluar banyak iklan pop up atau smartphone tengah malem tiba-tiba keluar lagu dangdut macem Advan.

Untuk wifi Hotspot Evercoss M6 cuma bisa satu device saja karena, OS 10 mentah banget nggak dikostumisasi dahulu jadi seadanya saja.  

Screenshot Evercoss M6 inipun ala kadar banget dengan, nempel di opsi tombol power dan lagi-lagi ada bunyi shutternya.

Lalu UI layar yang nggak ada kostumisasi jadi nggak bisa fullview selalu ada tiga tombol opsi dibawah, belum lagi nggak ada quickball.

Waktu konek ke laptop masa opsi untuk charging atau transfer nggak pop up donk, kudu ke drawer atas buka terus pencet sendiri.

Kamera Gimmic

Evercoss M6 lumayan bikin kesal karena ternyata 3 camera di belakang cuma gimmick! Aslinya hanya satu 8 MP saja. Fitur camera Evercoss M6 ini pun cuma asal tempel saja sebab, user interface seadanya dan diperparah dengan bunyi shutter yang nggak bisa dimatikan! Betul banget system camera cuma asal tempel saja!

Kamera kondisi cahaya cukup

 Foto malam hari

Kualitasnya sama seperti merk Advan! Nggak begitu jelas dan cenderung putih standar merk lokal murah. Sementara camera depan jauh lebih parah karena, sumpah buriq banget.  

Hardware

Saya males banget, ngoprek hardware namun, bisa dipastikan kalau processor yang dipakai adalah SOC unisoc tipe lama yang nggak pas dengan OS 10 kenapa bisa begitu? Karena Evercoss M6 gampang sekali panas dan panasnya bukan sekadar mas loh namun, lebih ke overheat. Hal ini membuktikan processor yang dipakai kurang bisa menghandle OS 10 dengan kata lain, Evercoss asal tempel saja processor yang penting murah.

Ram 3GB asli bukan abal-abal dan nggak ada kendala apapun saat bermain games maupun, multitaskin. Hanya saja antara processor dengan OS nggak stabil dan ujungnya gampang banget overheat. Walaupun digadang-gadang bisa main pabji sepertinya, nggak banget dengan bugs overheat ini.

Baterai

Betarai Evercoss M6 ini cuma 3200mAh dan nggak ada fitur fast charging! Untungnya baterai ini kualitasnya lumayan bagus, nggak cepat habis standarlah seperti Iphone SE. Paling yang bikin sebal pas ngecas saja, lama banget beud padahal cuma 3200mAh.

Overall

Evercoss M6 ini punya potensi besar kalau digarap dengan baik bukan, cuma asal tempel OS 10 saja. Evercoss harusnya kasih sistem UI yang lebih baik sebab, M6 ini mendingan dari pada produk Advan yang bikin naik pitam dengan bugs iklannya.


Design enak digenggam dan tampilan layar yang HD sumpah enak banget buat nonton, sayang banget produk  ini nggak stabil di os dan hardware.  Harusnya untuk menyelamatkan produk M6 Evercoss mengeluarkan update firmware untuk membuat lebih stabil dan tampilan UI standar. Dari pada dibiarkan ala kadar seperti ini.

Kalau menurut saya sih lebih nyaman pakai Evercoss M6 dari pada produk Advan dan sampai saat inipun, masih ok saja pakai Evercoss karena nggak ada iklan dan nggak disisipi iklan. Untuk kekurangan Evercoss M6 emang kudu muter otak instal berbagai apps seperti gallery, music player dan procam.

Baca Juga : Review Sampah Jepang Sony Xperia X Compact   

Baca Juga : Review Advan i7U lite Tab

Baca Juga : Review Infinix Smart 6 Si Murah Meriah Yang Wah

Related Post

Blog Archive

VIVA ID

Popular Artikel

Total Pageviews

Ini Baru Loh

Dari mana Energi Negatif di Rumah Kamu Berasal?

  Disclaimer Kali ini saya mau bikin rangkaian artikel tentang energi negatif di rumah sebab, punya pengalaman tentang hal ini dan ini ada...

Powered by Blogger.

.

.

Search This Blog

Protected by Copyscape Online Plagiarism Scanner

Subscribe Us

Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

About

Newsletter

If you like articles on this blog, please subscribe for free via email.

Subscribe Us

Facebook