Facebook Me

download untuk Gramedia digital best romance novel

Manusia Santai dan Nggak Pernah Upgrade Diri Part II

Ini adalah tulisan kedua dari manusia yang nggak pernah upgrade diri karena kerja di tempat yang nggak bisa dipecat! Sebelumnya saya udah nulis kalau kamar yang saya tempati sekarang ini, adalah bekas manusia yang nggak pernah upgrade diri, buat apa juga upgrade diri? Skill selalu sama dan seumur hidup begitu saja, nggak bisa dipecat akhirnya berimbas pada pola pikir dan kehidupan sehari-hari. Contohnya kamar yang saya tempati ini, sebelumnya sumpah parah abis, seperti kandang babik!

Kamar mandi yang nggak pernah disikat, lobang penutup saluran air yang sudah rusak dan ditutupi rambut tapi nggak pernah diganti, tembok yang hampir setiap sudut dipaku lalu dalaman lemari yang Cuma ditutupi Koran dan karton. Apa susahnya sih, mikir modern dan maju? Tinggal cari di toko daring semua kebutuhan kamar tersedia dalam jumlah murah! Cari sikat WC, wallpaper untuk melapisi dalaman lemari lalu hanger handuk sampai pengganti paku yakni gantungan yang bisa ditempel pun ada.

Terus kenapa otak penghuni kamar ini sebelumnya dangkal banget? Sampai kamar ini hancur seperti gubuk, semuanya serba diakali asal-asalan dan ini pertama kalinya saya dapat kamar bekas orang yang nggak bisa dipecat dari tempat kerjanya. Sebelumnya saya selalu dapat kamar dari karyawan swasta dan nggak pernah seperti ini bahkan, kamar dengan harga sewa lebih rendah.
Harga sewa kamar yang mencapai jutaan, membuktikan kalau penghuni sebelumnya punya uang tapi otaknya dangkal! Dua tahun tinggal dan betah dengan keadaan seperti ini? Dalam otak dangkalnya yang penting bisa tidur dan boker saja, selebihnya terserah, sama halnya seperti kualitas kerja kaumnya yang memang terkenal asal dan yang penting beres juga asal bos senang. No wonder, negara ini nggak pernah maju.

Teman kamar sebelah pun memberi tahu, kalau penghuni sebelumnya suka nonton TV. I was like, benerkan perkiraan saya, hari gini masih ada orang seumuran yang nonton TV? Sekarang semua serba online! Kebutuhan informasi dan hiburan ada semua di smartphone buat apa nonton TV? Jangan heran kalau di kamar mandi, malah dipasang tali tambang yang melintang ketimbang pasang hanger, daleman lemari dilapisi Koran dan karton ketimbang wallpaper.

Begitulah kelakuan orang-orang dari kaum yang nggak bisa dipecat, maunya gampang dan mudah saja. Ogah upgrade diri atau mencari solusi tepat, pokoknya yang cincai dan santai.


Related Post

Minta Bayar Biaya Melahirkan ke Orang Tua? Malu Donk!

Sebenarnya punya anak berapa pun juga itu adalah urusan pribadi, setiap orang punya keputusan sendiri. Ada mementingkan kualitas banyak juga yang lebih memikirkan kuantitas. Saya melihat sebuah fenomena unik di lingkungan saya, dimana punya anak tapi otak nggak dipake. Kok bisa? Seperti ini kasusnya, ada beberapa anggota keluarga yang bunting dan melahirkan. Terus yang bikin saya heran, mereka ini datang ke Papih untuk minta uang untuk biaya persalinan, terus salahnya dimana?



Tapi Nikah Mehong?

Pertama mahluk-mahluk primitif ini, dulunya kawin mehong dan biaya dari siapa? Bisa kawin mehong tapi nggak bisa mikir kalau nanti melahirkan harus keluar duit banyak, aneh bukan? Saya sudah kerap bilang dari pada gengsi dan pakai alasan nggak enak sama orang tua dan masih banyak hal, padahal memang pengen kawin mehong dan prestise saja. Dasar mindset dubur!


Bukan Anak Pertama
Saya masih bisa toleran kalau untuk anak pertama, anggap saja keluarga baru yang ekonominya belum stabil. Tapi, kalau sudah anak kedua dan ketiga bahkan seterusnya kerap minta uang untuk melahirkan ke Papih pastinya, rada-rada gimana getuh. Memang apa yang dipikirkan mahluk-mahluk primitif ini? Tentunya selain enak wikwik sampai jadi anak. Nggak malu tuh, semua anaknya minta biaya melahirkan ke orang tua? Lain padang lain belalang pula, memang lingkungan rendahan seperti itu. Bisanya wikwik begitu dihajar realitas, bukan usaha malah lari ke orang tua.  

Mikir Nggak Sih?
Dari anak pertama saja, pastinya sudah tahukan berapa besar biaya yang harus dikeluarkan untuk persalinan. Terus kenapa otaknya nggak jalan, pas mau bikin anak kedua dan seterusnya? Harusnya otaknya dipakai bukan cuma penisnya saja. Nanti biaya melahirkan dapat dari mana? Apa saya punya tabungan atau memanfaatkan BPJS serta asuransi lainnya.

Kenapa Saya Sewot?
Yang bunting siapa tapi yang sewot saya, terus ada juga yang bilang “kan itu bakal jadi ponakan.” Bitch! Kalau si Papih milyuner bisa hambur-hambur duit sih, ngapain juga sewot. Lah ini, pensiunan yang saban bulan ambil uang pensiun di Taspen, masih mau dibebanin sama biaya persalinan? Dan si Papih sudah bayar enam kali!! Empat cucu dari anak pertama dan  dua cucu dari anak terakhir. Mikir nggak sih itu duit bertahun-tahun kerja yang harusnya mungkin bisa dipakai untuk naik haji, malah dialokasikan buat lahiran cucu.  Hitung saja sendiri, kalau sekali lahiran keluar 5 juta berarti sudah 30 juta melayang cuma demi brojol cucu dari orang tua pemalas.

Kultur Sampah
Ada banyak hal yang bikin manusia-manusia sampah ini bisanya cuma wikwik tanpa usaha. Kalau yang saya lihat dari lingkungan adalah faktor kultur, tahu dong kalau kaum kodrun nggak boleh pakai KB, jadinya nggak bisa merencanakan keluarga dan mikirnya kalau duit si Papih itu rezeki si anak yang sudah dijamin sama yang di atas. Padahal Papih juga punya kepentingan lain yang belum terwujud seperti naik haji, tapi anaknya kejebak mindset dari kultur sampah. Sehingga duit pensiun terus saja tergerus habis untuk biaya kawinan dan melahirkan.

Sekarang tuh banyak banget milenial yag seperti ini, kawin mehong tapi setelahnya nggak tahu harus ngapain, nggak bisa modal dari nol harus selalu dibiayain sama orang tua. Sama halnya seperti manusia sampah di lingkungan saya, sudah nikahan mehong dari Mamih dan Papih, lahiran juga dari Mamih dan Papih bisanya cuma shared aja ke sosmed, foto-foto lucu anak.   

Related Post

Generasi Milenial, Generasi Halu

Minggu ini saya dikejutkan dengan pemecatan COO atau chief of operation di perusahaan saya. Secara personal saya memang nggak lihat apa yang salah karena baru dua bulan berada di perusahaan ini.  COO ini, tergolong amat sangat muda dan masuk ke dalam generasi milenial, umurnya belum mencapai 30 tahun bahkan, baru bekerja selama 1 tahun saja di perusahaan ini.

Buat apa surat SP3K disebar?

Yang bersangkutan mengegerkan, whatsapp group perusahaan dengan pengumuman pemecatan dirinya disertai foto surat SP3. Dan sumpah baru kali ini saya melihat surat SP3 pemecatan dengan alasan yang bikin geleng-geleng kepala.  Alasan pemecatan yang tertera di surat SP3 adalah karena, yang bersangkutan memberikan keterangan palsu dan menyebarkan gosip-gosip yang menganggu kinerja karyawan lain. I was like holly fak! Alasan macam apa itu?

yasha nomiva save enigma

Besoknya semua orang dalam divisi produksi, konten dan HRD berkumpul untuk membahas berita menghebohkan tersebut. Akhirnya borok si COO ini terbongkar satu demi satu dimulai dari HRD lalu karyawan lain pun ikut membuka aib COO milenial ini. Ternyata yang bersangkutan manipulatif banget atau bahasa kerennya halu banget! Jadi COO milenial ini, ngaku ke CEO atau owner dari perusahaan kalau dia mengerjakan semua hal, padahal faktanya dikerjakan oleh orang lain. Lalu COO ini akan bilang ke semua bawahan untuk mengerjakan suatu tugas yang disuruh dari CEO, padahal CEO sama sekali nggak pernah nyuruh atau bilang. COO ini selalu bilang nggak pernah dapet reimburse, faktanya dia selalu minta reimburse terhadap pengeluaran. Paling parah, COO ini menahan kenaikan gaji karyawan dengan berbagai alasan, sementara dia sendiri minta naik gaji ke CEO sampai tiga kali hingga nominal gajinya dua digit loh! Setelah dipecat, COO milenial ini menggila di sosial media bahkan, dengan lantang berani menyebutkan bahwa, dialah yang membangun perusahaan dan melakukan semua pekerjaan dari hal remeh seperti bersih-bersih sampai rekrut karyawan. Halu bangetkan, sementara karywan lain yang membaca langsung kesel. COO milenial ini halu jadi orang sukses, seolah-olah dia adalah pribadi profesional seperti para pendiri start-up terkenal. Padahal setelah saya googling Linkeindnya, COO ini baru bekerja selama dua tahun setelah lulus kuliah.


Kalau nemu tulisan ini dari google pake keyword namanya, sorry diblok cerita kasus waktu orangnya kerja di kreativv. Kenapa? Well, secara mental orangnya memang gak sehat dan punya histori kesehatan mental yang buruk. Dan saya jadi tahu kenapa orang ini bisa bertindak sangat halu, kesehatan mentalnya pun terus terang membuat saya takut, gak ada faedahnya ribut sama ODGJ. Memang toxic dan back stabber namun, sesungguhnya dia butuh penanganan profesional,. Yup, kesehatan mental dia memang seserius itu, jangan lihat dari penampilannya sebab, dalamnya crying for help. Pernah nonton film Fatal Attraction or Basic Instinc? Mau lebih jelasnya, nonton Netflix Don't Fuck With Cat Now you know what your dealing with! 


Kenapa Banyak Milenial Yang Halu?
Ketemu kaum milenial yang halu bukan hal baru buat saya, tapi baru kali ini saya nemu milenial halu untuk terlihat sebagai profesional yang sukses. Biasanya milenial halu, sok tajir getuh dah. Pamer ini dan itu di sosmed padahal bukan miliknya, terus ada milenial halu endon, itu loh yang upload kawinan mehong, terus semua tentang keluarganya diupload, padahal semuanya disubsidi mami sama papih belum lagi pas punya anak aja langsung disewain baby sitter. Nggak pusing ngurus apapun tapi bikin pencitraan seolah-olah, sukses menyeimbangkan karir dan keluarga, padahal dompet orang tua menopang kuat di belakang.

Kenapa banyak banget generasi milenial yang halu yah? Karena mereka ini tumbuh di zaman serba terkoneksi dan melihat banyak hal yang mereka inginkan namun, kaga ngerti gimana cara mendapatkannya. Menciptakan persepsi khalayak di sosmed, sesuai dengan apa yang diinginkan bagaimana pun caranya. Makanya buat generasi milenial mending jauh-jauh dari sosmed, dari pada jadi halu. By the way, COO yang dipecat ini pernah jadi speaker di TED loh!   

Baca juga kaum halu lainnya di bawah ini :   
   

Related Post

Blog Archive

VIVA ID

Popular Artikel

Total Pageviews

Ini Baru Loh

Dari mana Energi Negatif di Rumah Kamu Berasal?

  Disclaimer Kali ini saya mau bikin rangkaian artikel tentang energi negatif di rumah sebab, punya pengalaman tentang hal ini dan ini ada...

Powered by Blogger.

.

.

Search This Blog

Protected by Copyscape Online Plagiarism Scanner

Subscribe Us

Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

About

Newsletter

If you like articles on this blog, please subscribe for free via email.

Subscribe Us

Facebook