Buat sebagian orang pasti mengenal daerah Parung Panjang sebagai jalan lintas saja, biasanya jalur Parung ini dipakai oleh sopir truk sebagai jalur alternatif antar propinsi. kalau buat orang Bogor pastinya jalur Parung ini dipakai sebagai jalanan alternatif ketika jalur biasa seperti tol jagorawi dsb macet parah. 

Sejatinya Parung Panjang adalah sebuah kecamatan dari kabupaten Bogor, yang sama sekali tidak terurus oleh pemerintah pusat kota madya Bogor. Padahal ada sebelas kelurahan dan desa di kecamatan Parung panjang. Kecamatan ini juga merupakan daerah strategis karena dekat dengan Jakarta kalau saja Parung masuk kecamatan Jakarta sudah pasti akan jauh lebih maju. 

Nah, belakangan nama daerah Parung Panjang santer terdengar karena sedang ramai-ramainya diincar oleh para pengembang sebagai daerah alternatif untuk perumahan, setelah Tangerang, Bekasi, Depok maupun Bogor over populated dan harga tanah menjadi selangit. Lantas gimana sih rupa dari daerah yang diprediksi bakalan happening dalam lima sampai sepuluh tahun ke depan? 


Lebih Dekat Ke Parung Dari Pada Bogor, Depok, Tangerang Dan Bekasi

Sebenarnya nggak terlalu deket juga, berhubung gue naik dari statiun palmerah atau tanah abang ke Parung lebih dekat dari pada ke Bogor. Bandingkan dari Palmerah saja demi ke Bogor dan kawan-kawannya harus menempuh 15 statiun dengan waktu tempuh sekitaran dua jam. Dulu kalau berangkat kerja dari Bogor kudu bangun jam lima demi sampai di Jakarta jam tujuh. 

Selama perjalanan dari Palmerah sampai Parung Panjang bakal disuguhin pemandangan kaya begini, lumayanlah buat pelepas stress kalau balik kerja. Coba jalur Bogor mana ada pemandangan?
Sementara untuk ke Parung Panjang hanya melewati sembilan statiun dengan waktu tempuh satu jam saja. Belum lagi tidak perlu jadi pepes dalam kereta karena umumnya jurusan Parung Panjang lenggang banget, nggak sepadat jalur Bogor maupun Tangerang dan Bekasi. 


Geliat Parung Panjang yang katanya bakalan jadi happening dalam lima atau sepuluh tahun, mulai kelihatan dengan pembangun statiun Parung Panjang. Pembangunan ini nggak sembarangan karena kalau dilihat bakalan jadi gede banget seperti statiun Sudirman.

Terus Kota Parung Macam Mana?

Buset dah, jalanan utama aja masih amburadul, pasir di mana-mana tiap kali truk lewat bikin mata perih. Entah ini jalan rusak gegara sering dilewati ama truk atau memang nggak pernah di benerin sama sekali.

Baca juga: pesona desa kuno muara tenang semendo

Fasilitas Kota Parung

Sebagai kecamatan, Parung sudah dilengkapi beragam fasilitas mulai dari pasar sampai puskesmas, tapi pasar Parung pun berantakan gila-gilaan kalau hujan pasti becek dan banjir, terus kantor camatnya kelihatan bapuk banget kaka, ampe sedih gue lihatnya. Jangan-jangan nggak ada biaya buat renovasi kantor camat. Sudah gituh keadaan pukesmasnya juga kalau dilihat dari liar memang lumayan, lumayan ketinggalan getuh. Nggak jauh dari situ ada sekolah dasar sama SMP negeri. Palingan yang kelihatan bagus dan terurus dari luar sih, cuma kantor post aja, mungkin gegara satu dengan kantor bank BTN makanya kantor post ini kelihatan rapi dan bersih.

Untungnya Parung Panjang juga kena efek mini market, jadi ada beberapa mini market yang tersebar dalam radius 1 km. Cuma mini market ini nggak ada atmnya sama sekali! Gue ampe bingung mau narik duit dimana? Buset dah kota macam apa yang nggak ada atm! 

Kok Bisa Ada Jalan Mulus?

Nah, tiba-tiba dipertigaan jalan besar gue nemu satu jalan mulus yang sudah pakai batu bata? Ternyata jalan ini adalah jalan menuju Bogor dan dalam jalur ini terdapat tiga buah perumahan yang sedang dibangun. Pantesan ini jalan bisa mulus, ternyata ada proyek perumahan, kemana ya pemerintah Bogor? Sampai jalan saja harus pihak swasta yang benerin. Padahal dijalur menuju Bogor ini banyak sekali dipakai oleh warga Parung, belum lagi kalau ketiga perumahan itu sudah jadi. Pasti bakalan sering dipakai warga buat bolak-balik Jakarta dan weekend ke Bogor.

Moda Trasportasi

Ada tiga moda trasportasi di kota Parung. Satu angkot resmi yang berwarna hijau, angkot resmi ini hanya melayani beberapa trayek saja dan hanya ada satu trayek, naas banget. Kedua adalah angkot nggak resmi yang berbentuk suzuki carry, angkot nggak resmi ini mangkal dari statiun dengan trayek menuju daerah perumahan yang sedang dibangun. Ketiga adalah, apa lagi kalau bukan ojek tapi ojek Parung lebih mahal dari pada gojek dan ini bikin males dah. 

Jadi?
Parung Panjang memang membutuhkan banyak pembangunan dan pembenahan sana-sini tapi bukan berarti daerah ini nggak bisa maju. Beberapa bukti kalau Parung Panjang sudah bergerak ke arah kota satelit seperti Tangerang, Bekasi dan Bogor sudah terlihat dengan pembangunan statiun Parung serta beberapa perumahan. Tinggal menunggu waktu saja sampai perumahan lain menyusul dibangun, cuma harapan gue adalah tata kota Parung Panjang yang diperhatikan, jangan sampai pembangunan malah bikin Parung jadi seperti Bekasi atau Depok yang amburadul nggak karuan. Walaupun sangsinya dinas tata kota Bogor mau capek-capek planning, apa lagi lihat potensi Parung Panjang. Bikin jalan mulus aja kaga becus, pengenya masuk jam 9 terus jam 5 balik dah, dapet gaji saban bulan.