Matinya Kreatifitas Industri Televisi Indonesia

Matinya Kreatifitas Industri Televisi Indonesia

Suka heran dengan acara televisi Indonesia yang gituh-gituh saja? Bahkan, sama sekali nggak menghibur tapi malah bikin bego! Nah, kalau sudah begini biasanya yang kerja di TV langsung tutup telinga, mau dibilang apa? Mereka cuma bikin dapur ngebul. Untuk tahu kenapa mereka bikin acara yang gajebo, sebenarnya kita harus lihat platformnya dulu yakni, televisi. 



Siapa yang nonton tv?

Televisi itukan alat hiburan yang paling mudah diakses, nggak perlu bayar apapun tinggal punya tv dan colok listrik. Makanya, hal pertama yang langsung menyentuh masyarakat apalagi orang-orang menengah ke bawah adalah tv. Jadi tv adalah hiburan bagi orang-orang menengah ke bawah, lebih tepatnya 90% penonton tv adalah orang menegah ke bawah dan hampir tidak berpendidikan S1 sementara, 10 % adalah menengah ke atas yang cuma nonton kalau sudah jam malam 9 ke atas (maklum jam baru pulang kerja). Lalu 90% menonton dari pagi sampai siang (karena nggak ada kerjaan) mayoritas dari gender adalah 70% perempuan sebab, perempuan lebih banyak di rumah sementara pria harus keluar mencari sejumput rumput.


Sulit Kreatif Di TV

sudah ngertikan siapa yang menonton televisi? Makanya, pihak dari tv sendiri berjibaku untuk menghasilkan produk yang sesuai selera pasar yakni, acara televisi yang kampungan, norak dan tentunya mudah diterima oleh orang-orang menengah ke bawah. Sebab, kalau mereka bikin sesuatu yang "wah" atau "smart" bisa sulit untuk masuk ke otak orang-orang yang menengah ke bawah. Andai kata, pihak tv membuat sebuah program talkshow yang wah dan smart seperti Oprah, paling hanya segelintir orang yang lihat. Contoh Hitam Putih yang gulung tikar atau Kick Andy yang ratingnya cuma seiprit sekalipun, udah puluhan tahun tampil, (metro nggak punya acara lain) Tapi bandingkan sama talkshow seperti Tukul yang justru amat digemari atau MTV vs Dahsyat, lihat orang sini pilih yang mana? Dengan kata lain industri tv sudah tidak memungkinkan untuk kreatif karena, sumber duit mereka adalah orang yang sama sekali otaknya dangkal, susah nerima sesuatu yang out of the box.  


Masih Bisa Kreatif Di Dunia TV?

Tapi lain halnya kalau mencoba membidik segmentasi 10% yakni orang-orang menengah ke atas, hal ini yang dilakukan sebuah station televisi baru yakni NET. Dengan membidik market 10% ini, mau nggak mau NET harus membuat sesuatu yang smart dan wah, hasilnya bisa dilihat sendiri acara-acara yang nggak kampring macam station tv tetangga. Tapi dengan membidik yang hanya 10% hasilnya revenue NET jauh di bawah tv tetangga yang membidik 90% orang menengah ke bawah. Nggak heran banyak banget kabar yang bilang kalau NET lagi "mengap-mengap kehabisan napas"


Jadi kalau kerja di tv dengan target market yang 90%  ini udah nggak mungkin jadi orang kreatif, yang ada mati kutu karena harus bikin sesuatu yang low dan mudah diterima orang. Walaupun banyak yang bersih keras kalau buat program untuk orang-orang menengah ke bawah, juga membutuhkan kreatifitas. Kalau begitu mana hasilnya? Sebutin dong? Disinilah awal matinya industri tv Indonesia yang sudah nggak bisa gerak dengan 90% penonton menengah ke bawahnya.



Lahan Untuk Kreatifitas Ada Dimana?

Sementara market 10% justru mencari hiburan tapi, tidak lewat platform tv. Orang-orang menengah ke atas, melirik internet sebagai acuan dalam mencari hiburan dan sudah lama meninggalkan tv. Mereka membuka youtube, vine, instagram sebagai pusat hiburan dan informasi. Karena hal ini, maka banyak bermunculan individu yang memberikan produk serta konten dan, konten buatan individu di internet ini 100x jauh lebih kreatif dan out of the box dari pada tv. Sebab,target market mereka yang 10% adalah orang-orang menengah ke atas yang pintar dan cerdas serta haus akan hiburan bermutu. Dari sinilah awal kebangkitan  internet sebagai ladang bagi industri hiburan. 


Selain jagad internet, market 10% ini menonton  tv kabel, bukan tv lokal free to air.



JADI?

Dari sini sudah jelaskan kenapa acara tv kita hampir semuanya busuk! Dan percuma mau berkoar-koar seperti apa pun juga, nggak bakalan ada yang berubah! Kecuali, Indonesia maju dan 90% orang menengah ke bawah bisa kuliah. Dengan  begitu, para penonton ini akan jauh lebih cerdas dan membutuhkan hiburan, yang tentu saja nggak lagi low class. 

Baca Juga : Mikrofon Pelunas Hutan dan Eksploitasi Kemiskinan

Reactions

Post a Comment

0 Comments