Search This Blog

24.6.23

Review He's All That Addison Rae Gak Bisa Acting!

She's all that adalah salah satu film yang saya tonton sampai berulang-ulang kali di tahun 1999, waktu itu zamannya VCD dan hampir setiap hari itu VCD bajakan diputer berulang-ulang. Maklum namanya juga remaja dan She's all that merupakan salah satu teen movie yang well made, dari segi cerita sampai dengan acting memang memorably banget. Still remembering nonton film She's all that pagi-pagi dan ngarep pergi ke sekolah sekeren di US sono, ketemu sama fasilitas dan berbagai ektrakurikuler keren kaya melukis etc but end up sekolah di sekolah negeri yang cuma sepetak dengan eskul terbatas, not mention itu sekolah udah kaya penjara aja. Berakhir dengan masa smu yang standar dan amat menjemukan.

Well back at She's all that, film remaja pioneer ini setelah  23 tahun akhirnya, mendapatkan sekuel or reboot dengan judul He's all that. Premis ugly ducking princess dirubah menjadi ugly ducking prince. Kalau dulu Rachel Leigh Cook yang dimake over sama Fredie Prinze Jr sekarang  Tanner Buchanan yang dimake over di Addison Rae. Ceritanya pun dibuat sesuai sama abg zaman now dimana Addison Rae jadi seorang remaja influencer nan populer. 


Sayangnya dalam segala hal He's all that ini ancur lebur, pemilihan Addison Rae pun dirasa tanpa otak. Aktingnya ancur sekali seperti sedang buat konten saja, kelihatan seperti mamah muda yang maksa banget jadi anak sma. Addison Rae emang nggak bakat acting! Akting romance ke Tanner bener-bener kosong, nggak ada chemistry sama sekali. Padahal pemeran yang lain nggak ada masalah, setelah saya cek hanya Addison Rae yang pure influencer dan bukan seorang aktris. Sepertinya pemilihan dia cuma karena, peran yang sama-sama influencer aja. Padahal He's all that ini bisa banyak ketolong kalau peran utamanya benar-benar bisa akting.  

Baca |Juga : Review Ivan The Only Salah Satu Film Disney Terbaik

Udah getuh jalan ceritanya pun standar abis bak sineteron, kaya nggak ada usaha aja buat bikin cerita yang dalem dan rada komplek kaya She's all that. Memang banyak elemen yang diambil dari film pertamanya hanya sekadar untuk nostalgia, salah satunya adegan dance battle di prom night. Dancenya juga kaya nggak keren dan asal aja getuh, beda sama dance battle di film pertamanya. Terus adegan make over She's all that kan fenomenal banget, turun dari tangga pake lagu Kiss Me. Nah, kalau He's all that ampas banget, cuma keluar dari ruang ganti pake lagu dari Ariana Grande yang sama sekali nggak memorable. Sepanjang film saya cuma bisa batin aja, ini film apa sih? Sumpah kesel banget liat acting si Addison Rae.

Dua pemain She's all that balik di He's all that yakni, Rachel Leigh Cook sama Matthew Lilard, sayang Fredie Prinze Jr nggak mau balik sama perlu diingat Paul Walker juga main di film She's all that loh. Pretty shame film ini cuma sekadar dijadikan konten buat menuhin list di Netflix, padahal kalau mau digarap serius bisa bagus.  

13.6.23

Review Pocong The Origin Film Ampas Monty Tiwa

Jadi saya baru aja nonton Pocong the Origin film keluaran tahun 2019, kebetulan film ini baru nongol di Netflix. Ehemmm, Pocong The Origin sukses bikin saya naik pitam! Film garapan sutradara yang filmnya hampir ampas semua yakni, Monty Tiwa bener-bener bikin saya kesel pengen nonjok semua yang muncul di film, bukan malah takut. mending kita langsung kulik aja film ampas nggak bermutu ini. 

Tokoh utama Asti dari pertama udah nggak jelas banget, dia ini anak si pocong. Tapi, nggak jelas antara baik atau jahat, sebenernya mau kemana sih ini tokoh. Awal digambarin trauma sama masa kecil tapi, ujungnya sayang sama bapaknya yang jadi pocong, apasih yang nulis! Selain itu, tokoh yang diperankan Samuel Rizal juga ganggu banget, logat jawa maksa nggak pas sama wajah kota Samuel. Karakternya terkesan dipaksakan dan mengada-ngada! Mana ada adegan dia beser, padahal selama perjalanan nggak pernah minum. 

Editingnya juga kacrut, terutama pas awal ricuh dalam lapas bapaknya Asti bangkit. Terus si Asti nembak bapaknya, abis itu pindag adegan aja ke Asti mau bawa pulang bapaknya? Lah bukannya abis nembak si Asti itu trauma sambil tiduran di samping bapaknya? Terus, tiba-tiba dia kek biasa aja mau anter bapaknya dimakamin, anying apaan sih ini?  

Selain itu film Pocong The Origin ini juga, nggak jelas timingnya mau begaya tahun 90an tapi, setiangan di tahun 2019. Banyak ambil angle supaya kelihatan jadul bahkan, properti seperti mobil aja yang dipilih mobil jadul. Kalau mau pake otak tahun 2019 itu Lapas kirim jenazah terdakwa pake ambulan dan dimasukan ke dalam peti, goblok! Bukan pake mobil tahun 1970an terus pocongnya cuma digeletakin di belakang, tolol! Karakter pendukung seorang wartawan juga bawa mobil khas 90an yakni, Jimmny padahal kalau mau otaknya dipakai, kenapa perempuan wartawan seperti itu, nggak pake motor matik? Secara dia wartawan! Kalau mau maksa bawa mobil, bisa pake city car macem Kia Visto/Atoz   



Ada adegan mobil jenazah tahun 1970an nggak masuk akal ini mogok, terus di dorong sama orang lewat. Ceritanya lagi dorong di jalan menanjak, sampai pocongnya jatoh ke luar. Tapi, pas diliatin jalannya datar aja? Terus bukannya itu pintu belakang mobil dikunci dari awal yah? Hadeuh..... sampah

Selain itu, premis utama si pocong adalah iblis banaspati bikin tambah kesel. Banaspati bukannya terkenal di jawa tengah dan jawa timur? Ngapain banaspati jadi ilmu rakyat pasundan? Sejak kapan banaspati jadi urban legend di jawa barat? Pengambaran masyarakat desa Cimacan dengan aksen sunda yang ngasal juga bikin hadeuh, apa sih film ini? 

Seperti saya tulis di awal, Pocong The Origin ini bukan bikin takut malah bikin kesel! kalau udah ada nama Monty Tiwa udah dah skip aja, ini sutradara emang rada-rada yah. Heran kenapa ada aja yang mau sponsorin film dia.

6.3.22

Review Anime Belle dan Penyebab Gagal Dapat Nominasi Oscar

Review Anime Belle dan Penyebab Gagal Dapat Nominasi Oscar

Ada film anime yang dapet banyak award bahkan, sampai nembus box office judulnya Belle atau versi Jepangnya RyĆ« to Sobakasu no Hime (The Dragon and the Freckled Princess) pertama nonton di Netfllix langsung wow! Karena animasinya gak main-main, sumpah benar-benar bikin mata gak berkedip, rekomen buat nonton di TV 4K. Belle masuk ke dalam aesthetic animated setiap jengkal film ini benar-benar dibuat cantik.


Belle sendiri masuk ke dalam cerita fantasy science fiction dimana, tokoh utama Suzu masuk ke dalam dunia metaverse bernama U dan menciptakan avatar sendiri bernama Belle yang pandai menyanyi. Kerenya, Mamoru Hosoda membuat animasi dunia nyata dengan dunia metaverse berbeda. Jadi ketika Suzu di dunia nyata animasinya hand drawn, tipikal anime sementara ketika masuk metaverse U berubah menjadi 3D. Perbedaan lain yang dilakukan oleh 
Mamoru Hosoda adalah design karakter antara dunia nyata dengan metaverse, jadi semua karakter di dunia nyata berdesain anime sementara saat masuk ke metaverse berubah menjadi disney. bahkan, Mamoru Hosoda sampai hire designer Disney buat  nyiptain tokoh Belle. 

Sayangnya, film besutan Mamoru Hosoda ini rada ampas di cerita walaupun premisnya kuat dimana mengabungkan Beauty and The Beast dengan The Matrix. Di mana dalam dunia virtual kita selalu menjadi versi terbaik dari kita sementara dalam dunia nyata sampah. Plot cerita Belle ini rada absurb banget, antara Suzu dengan masa lalu yang kelam, lalu naksir sama cowok paling ganteng satu sekolah dan menyelamatkan The Dragon di dunia metaverse dan dunia asli. Sampai bingung ini film Belle mau kemana sih? Si Suzu ini mau ngapain? Durasi dua jam benar-benar gak jelas fokus cerita film anime Belle ini.

Ceritanya kepepet antara Suzu yang berubah jadi percaya diri dan memaafkan masa lalunya sama menyelamatkan The Dragon tapi, berkesan maksa banget terlebih cerita Suzu dekat sama The Dragon bikin bingung karena, di dunia nyata Suzu malah suka sama Shinobu.  Terlalu banyak sub plot untuk tokoh utama Suzu dan gak fokus adalah kelemahan fatal film anime Belle.  

Baca Juga : Review Ivan The One and Only

Sayang sekali masterpiece anime seperti Belle ini harus mentok di cerita, padahal dari segi visual dan musik udah sempurna ketika diputar di festival canners, Belle berhasil mendapatkan standing ovation. Coba nonton di bioskop udah pegel ini badan, dua jam dikasih cerita absurb dan ini mungkin saja, penyebab utama kenapa Belle gagal masuk ke dalam nominasi best animated feature Oscar 2022 padahal Mamoru Hosoda sempat masuk Oscar tahun 2018 dengan Mirai, anime dengan animasi yang lebih sederhana namun, plot cerita lebih masuk akal.

   

5.6.21

Review The One and Only Ivan : Film Keluarga Disney Terbaik Tahun Ini

Gak sengaja nemu film di Disney+ yang judulnya The One and Only Ivan, sepintas film ini tentang gorilla terlihat biasa saja, apalagi dengan label Disney pasti filmnya ramah untuk keluarga dan bakal simple. Ternyata The One and Only Ivan bercerita lebih dari sekadar film keluarga,  The One and Only Ivan berhasil membawa dark theme atau tema yang sulit ke dalam sebuah film keluarga. Tanpa harus mempertontonkan kekerasan.

the one and only ivan movie review

The One and Only Ivan sebenarnya diadaptasi dari novel dengan judul yang sama dan novel The One and Only Ivan, terinspirasi dari kisah Ivan the gorilla di tahun 90'an. Hanya saja dalam plot ceritanya mengambil sudut pandang dari para binatang, ini sebabnya The One and Only Ivan masuk kategori film fantasi karena semua tokoh utama yakni para binatang yang berbicara sepanjang film.

Premis The One and Only Ivan sendiri gak ada yang special, bercerita tentang Ivan seekor gorilla yang terjebak di dalam mal sebagai atraksi sirkus bersama hewan-hewan lainnya selama 27 tahun. Ia berjanji pada seekor gajah tua bernama Stella untuk bisa, memberikan hidup yang penuh kebebasan pada penghuni baru sirkus yakni, seekor anak gajah bernama Ruby.

Yang membuat saya suka dengan The One and Only Ivan adalah cara penuturan temanya, manusia adalah mahluk yang jahat tapi, tidak semua manusia itu jahat. The One and Only Ivan membawa tema yang berat namun, tidak menggambarkan manusia sebagai antagonis. Perasaan kesepian dan ketidaktahuan para binatang pun, berhasil digambarkan dalam film ini. 

Kehebatan The One and Only Ivan adalah, membawa tema berat ke dalam sebuah film keluarga tanpa harus judging. Penonton bakal bersimpati penuh pada Ivan dan Ruby tapi, gak perlu marah sama manusia yang sudah membawa mereka ke dalam mal. Kita bisa dibuat merasa bersalah tanpa dihakimi lewat film The One and Only Ivan. Film berdurasi 1:30 menit ini, mempunyai pacing yang lamban tapi, sama sekali gak terasa lamban, apalagi membosankan. Semua voice castnya pas, dari Ivan, Ruby sampai Henrietta bahkan, CGI untuk The One and Only Ivan berhasil dapat nominasi oscar tahun ini untuk best visual effect.

The One and Only Ivan adalah, salah satu film Disney terbaik di tahun ini, film ini jadi salah satu film tentang hewan paling bagus setelah Babe yang tahun 1995 berhasil menyabet 7 nominasi oscar. The One and Only Ivan punya vibe yang sama dengan film Babe. Ini salah satu film yang rekomen banget buat ditonton di Disney+  

Review : White Squall Film Tentang Tenggelamnya Kapal Albartoss

Baca Juga : Konten LGBT dalam Beauty and The Beast

22.5.21

Penjelasan Ending The Turning

The Turning adalah film horor yang berdasarkan novella tahun  1898  The Turn of the Screw karya Henry James. Sepintar The Turning ini seperti film horor biasa, hampir keseluruhan film berkisah tentang hantu dan bagaimana tokoh utama Kate berusaha memecahan misteri di mansion fairchild namun, The Turning ini memberikan sebuah ending yang tidak terduga dan menyelamatkannya dari sebuah film horor mediocore yang bermodalkan jump scare scene. Imbasnya, kita bakal bingung dengan film The Turning ini, apakah sebenarnya yang terjadi?


Ending The Turning

Dalam ending pertama kita bakal disuguhi cerita dimana kate berhasil membawa Flora dan Miles keluar dari mansion lalu, adegan rewind ketika Kate menerima lukisan dari Ibunya dan memaksa Flora dan Miles untuk mengakui bahwa, mereka juga melihat hantu lalu Kate mengalami mental breakdown. Kemudian adegan berubah ke  kolam renang dalam rumah sakit jiwa dimana, ibu Kate dirawat. Saat Kate mendekati dan melihat wajah ibunya, ia berteriak lalu end credit. 

penjelasan ending the turning

Penjelasan ending.

Jadi buat apa ada dua ending seperti itu? Floria Sigismondi sang sutradara berusaha menciptakan efek ambigu dalam filmnya, kalau mau jujur The Turning sendiri memang gak begitu bagus dari plot bukan. Lantas mana ending yang benar? Ending yang benar adalah Kate yang mengalami mental breakdown setelah memaksa Flora dan Miles untuk mengakui bahwa, mereka melihat hantu juga. Dan adegan Kate berteriak saat melihat wajah ibunya sebenarnya, ia melihat wajah dirinya sendiri. Dengan kata lain, Kate mewarisi penyakit mental dari ibunya.

penjelasan ending the turning

Kalau kalian jeli, dari awal sudah dijelaskan ending mana yang asli. Lihat saja dari judulnya, The Turning aka berubah! Apa yang berubah? Kate yang tadinya waras berubah jadi ODGJ (orang dengan gangguan jiwa) The Turning sepanjang film sebenarnya, menceritakan ketakutan Kate untuk jadi gila seperti ibunya.

Hint di film

Jadi sebenarnya gak ada hantu? Memang dari awal gak ada hantu dan semua yang diceritakan Mrs Grose adalah benar.  

1. Quint memang orang brengsek yang memperkosa dan membunuh Miss Jessel tapi, Quint juga sudah mati jatuh dari kuda karena mabok, Mrs Grose sendiri pernah cerita kalau dia yang memastikan Quint benar-benar mati.

2. Miles memang anak kurang ajar karena, bergaul dengan Quint, ini yang menyebabkan sikap Miles seperti dajal karena sering diajak mabok-mabok ke pub.

3. Flora gak mau keluar gerbang dan bilang akan mati kalau keluar gerbang. Mrs Grose pernah bilang, kedua orang tua Flora mati kecelakaan di luar gerbang mansion dan saat itu Flora melihat langsung. Jadi Flora ini trauma, setiap kali diajak keluar dari gerbang mansion.  

4. Cerita seram mansion fairchild ditambah prank menakutkan Miles adalah, pemicu utama penyakit mental Kate timbul. Rasa was-was ditambah ketakutan mendalam akan hantu Quint, membuat Kate berhalusinasi.

5. Saat memberikan paket berisi lukisan dari ibu Kate, Mrs Grose sudah mengatakan bahwa, semoga saja penyakit jiwa ibu Kate bukan genetik.    

Baca Juga : Review Dan Penjelasan Film Annihilation

Baca Juga : Penjelasan Film Hereditary