Last Trip Desa Benteng Alla, Pelabuhan Paotere dan Kota Makassar

Last Trip Desa Benteng Alla, Pelabuhan Paotere dan Kota Makassar

Desa Benteng Alla

Gua harusnya post ini beberapa bulan yang lalu, trip ke Makassar atau lebih tepatnya Enrekang adalah trip terakhir karena gua memutuskan untuk pindah bagian. Diperlukan waktu tempuh sekitar 3 jam lebih dari Makassar menuju daerah Enrekang, sementara desa yang gua tuju yakni desa Benteng alla adalah sebuah desa yang di kelilingi oleh perbukitan. Jalur menuju Benteng alla ngga ada yang bagus jadi kita memang harus menderita untuk bisa mencapai desa ini, karena di bentengi oleh perbukitan maka desa ini hanya punya satu titik spot dimana sinyal handphone bisa masuk itupun hanya telkomsel saja.


Seperti tempat terpencil lainnya desa Benteng alla menawarkan pemandangan menakjubkan, ini adalah satu-satunya tempat di mana gua bisa dengan mudah liat langit yang biru segar membentang sepanjang hari.


Karena terletak di dataran tinggi Enrekang, desa Benteng alla panas di siang hari dan suhu akan turun menjadi minus di malam hari. Bahkan pakai jaket dan sarung pun belum cukup untuk menahan hawa dingin. Kalau dari desanya sendiri memang tidak ada yang begitu menarik, Benteng alla adalah tempat yang cocok bagi para pecinta sport seperti gantole atau paralayang. Langit biru dan landscape yang luas menjadi tempat yang tidak di miliki tempat gantole atau paralayang lait bahkan puncak saja tidak bisa di bandingan dengan Benteng alla, fitur lainnya yang bisa menunjang air sport adalah banyaknya angin karena memang ini dataran tinggi.


Pantai Bajo

Ditengah-tengah antara Makassar dan Enrekang terdapat daerah pantai yang banyak tempat makan dengan spot dasyat, namanya pantai Bajo kalau lagi sunset viewnya ngga kalah dari pantai sanur. Amat disarankan buat istirahat dulu sebentar sambil pura-pura berada di Bali.

Pelabuhan Paotere

Selepas dari daerah terpencil Enrekang gua dan kru balik ke Makassar, di sini ada sebuah pelabuhan yang dulunya merupakan tempat pertama kali perahu phinisi bersandar namanya pelabuhan paotere.


Untuk bisa masuk kita cuma perlu bayar retribusi saja, awalnya gua pikir perahu-perahu yang lagi bersandar ini adalah kapal phinisi tapi kata producer gua "bukan ini mah kapal tongkang". Gua belum pernah liat kapal tongkang segede kapal ferry, sayang banget ngga nemu kapal phinisi.


Pelabuhan yang juga dipakai sebagai tempat untuk latihan poto-poto bahkan di kunjungi wisatawan asing ini memang terlihat ngga keurus dan nampak kumuh, sehari-hari pelabuhan paotere di jadikan tempat bongkar muat berbagai kebutuhan pokok kota Makassar. 


Disarankan datang pagi hari saja jika memang mau lihat pelabuhan paotere, selain panas minta ampun paotere pun penuh dengan debu. Tapi kalau memang pecinta photography tempat bersandar kapal tongkang ini memang jadi menu wajib.

Makassar oh Makassar

Secara keseluruhan Makassar terlihat seperti Bandung yang kurang terawat, kotanya ngga terlalu panas dan ngga sumpek bahkan kemacetan jarang terjadi. Pengamen dan pengemis pun jarang terihat di sudut kota tapi kota ini sepertinya memang sedang berkembang, karena banyak sekali tempat-tempat yang ngga kerawat. Seperti pantai Losari salah satu icon kota ini terlihat lusuh, kotor dan berantakan bahkan dijadikan tempat anak jalanan untuk berkumpul dan meminta-minta pada pengunjung. Padahal kalau mau jujur Losari bisa di ubah menjadi seperti Marina sand bay.


Sayang banget kota dengan banyak potensi wisata ini nampak kurang terawat, padahal Makassar mirip sekali dengan California yang sama-sama terletak dekat pantai. Plus kota ini belum sumpek nampak masih banyak ruang kosong di jalanan, bahkan macet adalah hal yang sulit di temui bukan makanan sehari-hari seperti jakarta. 
Reactions

Post a Comment

1 Comments

  1. Kalau membaca artikel wisata seperti di bawa ke alam mimpi. Artikelnya bagus sekali. Memukau deh ...

    ReplyDelete