Resensi Five Kingdom : Sky Raider, Novel Fantasi Untuk Anak lelaki

Akhirnya bisa nemu buku buat laki-laki, setelah sebelumnya dipasaran Indonesia, most likely a girl book ataupun buku yang tokoh utamanya perempuan. Terakhir kali baca a guy fantasy book adalah Harry Potter, setelah itu makin jarang buku dengan tokoh utama laki-laki, terlebih buku-buku fantasi mulai dari divergent, hunger game, red queen semuanya girl center, entah kenapa fantasi dengan tokoh utama lelaki semakin jarang, terakhir ya itu Harry Potter. Tapi saya menemukan sebuah buku dengan judul five kingdom : sky rider, awalnya sih ragu karena covernya nggak menjual. I was like, this like another fantasy book, setelah dibaca dan tokohnya anak lelaki berumur 11 tahun, i’m instantly addicted.

Sinopsis
Cerita dimulai ketika Cole dan teman-temannya datang ke sebuah rumah hantu di malam hallowen. Mereka semua berpikir bahwa rumah hantu itu adalah sebuah atraksi, tapi setelah di sana Cole bersrtam semua anak satu kompleknya diculik segerombolan orang aneh, yang memaksa mereka masuk melalui sebuah lorong gelap. Sebenarnya Cole berhasil meloloskan diri, tapi ia menyusul masuk ke lorong tersebut demi menyelamatkan teman-temannya.

Setelah masuk ke dalam lorong, Cole mendapati dirinya terdampar di sebuah tempat aneh yang nggak masuk akal. Tempat ini disebut perbatasan, sebuah tempat tak berhukum yang terletak diantara lima kerajaan. Cole segera menyadari bahwa teman-temannya diculik oleh para pedagang budak dan sialnya ia juga tertangkap dan diberi markah sebagai budak. Cole akhirnya dijual ke perompak langit,  dan bekerja sebagai pengintai. Tugas Cole adalah mengintai istana langit dan memastikan tempat tersebut aman sebelum para perompak langit menjarah barang berharga di dalamnya. 

Saat bekerja sebagai pengintai untuk para perompak langit (sky raider) Cole berkenalan dengan seorang peminda (penyihir) bernama Mira, dan dua orang pengintai lain bernama Jace dan twitch. Nggak lama sekitar 400 legiun datang menyerbu Bandar langit dan disinilah terungkap bahwa Mira sebenarnya adalah seorang puteri dari salah satu lima kerajaan. Dimulailah petualangan Cole, Jace dan Twitch untuk menolong Mira mendapatkan kembali kekuatan dan menyeimbangkan negeri lima kerajaan.

Resensi
Akhirnya bisa nemu juga a boy book, five kingdom ini benar-benar buku yang amat sangat lelaki. Bayangkan anak lelaki umur 11 tahun digampar dan dilempar ke tanah, five kingdom benar-benar terasa amat laki. Buku ini tangguh dan nggak mehe-mehe seperti cerita lainnya, apalagi cerita buku lokal..yassalam. Walaupun ada kisah romannya tapi masih tergolong simple karena tokohnya masih anak-anak semua, jadi cuma sekadar naksir aja. 

Five kingdom sky raider sendiri termasuk ke dalam high fantasy, dimana kita akan dipaksa untuk bisa mencerna semua anomali yang nggak relevan seperti istana terbang, hutan cupcake, jadi nggak ada relevansi dengan dunia nyata, karena negeri lima kerajaan dikuasai oleh pemindaan yang kuat aka sihir. Bayangkan five kingdom ini seperti magic knight ray earth, dimana orang terjebak di sebuah negeri ajaib.

Pacing tergolong cepat, tapi saya merasa ada beberapa bagian yang dipotong secara kasar demi nggak terlalu panjang dan menjemukan. Plotingan nggak ada yang istimewa dengan menggunakan first person view dari si tokoh utama Cole.  Hanya saja five kingdom ini terasa kurang greget karena si tokoh utama Cole yang masih berumur 11 tahun ini gajebo banget, karena kadang tangguh, kadang pasif, kadang meragu, lalu tiba-tiba jadi tokoh sentral yang maha bijak. Masih kurang kuat untuk jadi tokoh utama yang membekas seperti Harry Potter, malahan si Mira sukses untuk bisa lebih diingat.

review five kingdom sky riders

Namun secara keseluruhan Brandon Mull sukses meramu sebuah cerita dengan berbagai kejutan dan nggak gampang ditebak. Bahkan five kingdom sky raiders ini boleh dibilang salah satu buku fantasi terbaik yang saya baca tahun ini. Semua yang anak laki-laki butuhkan ada di five kingdom.  Sekali lagi, saya ingatkan kalau ini adalah a boy book, Brandon Mull merancang buku ini khusus bagi anak-anak, jadi nggak seperti Harry Potter yang bisa dinikmati oleh semua umur. Jadi kalau dewasa muda, apalagi nggak terbiasa dengan cerita high fantasy, bakal mumet mikirin istana yang bisa terbang, kapal perompak yang bisa terbang pakai batu apung, pedang yang bisa dipakai meloncat, kekuatan peminda yang bisa berubah jadi monster.


Resensi Middle School : My Brother is A Big Fat Liar

Setelah kecewa dengan seri kedua Middile School : Get Me Out Of Here, seri ketiga Middle School menawarkan hal baru, yakni perspektif dari adik Rafe. Yup, seri ketiga sama sekali nggak bercerita mengenai Rafe namun adiknya Georgia Khatchadorian. Selama ini kita disuguhkan dari sudut pandang Rafe bahwa Georgia nggak lebih dari pada seorang anak cewek yang bermulut bawel dan gemar mengadu pada Mom. Middle School : My Brother Is A Big Fat Liar, menggambarkan Georgia yang sesungguhnya.

Sinopsis
Cerita dimulai saat Georgia baru masuk smp dan tebak sekolah mana yang ia masuki? Tepat sekali, sekolah bekas kakaknya yakni HVMS (Hills Viilage Middle School). Nama besar Rafe sang kakak sebagai biang kerok segala keonaran HVMS, mau nggak mau membuat Georgia cepat dikenal orang-orang dan parahnya semua orang menganggap Georgia sama seperti Rafe, yakni tukang bikin onar. Padahal sebenarnya Georgia, adalah anak baik-baik dan selalu dapat nilai A, dan hal ini membuat hidup Georgia sulit di HVMS.

Mulai dari guru-guru yang nggak suka dengan kakaknya, lalu muncul  adik Miller (kakaknya membully Rafe di seri pertama) sampai denngan trio putri yang selalu menghina Georgia. Hidup Georgia di HVMS menjadi mimpi buruk hanya karena reputasi Rafe. Sampai suatu ketika Rafe menantang Georgia, bahwa adiknya tersebut nggak bakal bisa bertahan dan mendapat teman di HVMS. Georgia pun menyanggupi, tantangan Rafe dan akan membuktikan bahwa ia sanggup bertahan di HVMS bahkan bisa menjadi anak populer. Maka Georgia pun mulai melalukan berbagai aksi, agar dirinya dapat diterima di HVMS dan menjadi anak populer.

Resensi
Awalnya rada kecewa karena seri ketiga ini nggak menceritakan mengenai Rafe, udah paling males baca dari kaca mata perempuan. Tapi ternyata My Brother is A Big Fat Liar ini, berhasil menebus dosa akan seri kedua yang super garing. Cerita mengenai derita Georgia sebagai adik dari biang kerok Rafe, amat sangat menghibur, sekalipun memang untuk anak-anak smp. Tapi kompleksitas cerita  My Brother is A Big Fat Liar nggak  picisan, walaupun disajikan dengan amat sangat ringan. 

Bayangkan ada tiga konflik yang melilit Georgia, dibully oleh banyak orang, mati-matian mencoba populer dan kenyataan bahwa dirinya ternyata anak adopsi. Hebatnya lagi, di tengah berbagai derita, James Patterson masih bisa menyisipkan cinta monyet antara Georgia dan Sam. Jalinan multi konflik berhasil dipadukan oleh James Patterson dalam cara yang simple dan mudah dipahami. 

Coba bandingkan dengan konflik yang muncul dibuku-buku mega best seller lokal. Pastinya nggak sebanyak konflik Georgia, padahal ini adalah buku untuk anak smp loh.  My Brother is A Big Fat Liar, pun nggak sekadar mengumbar problematika abg. Kulturasi Georgia sebagai anak dari keluarga pekerja menengah ke bawah, membuat My Brother is A Big Fat Liar lebih dari sekadar bacaan ringan. Kalau di buku pertama kita melihat bagaimana Rafe kacau balau karena berasal dari keluarga pekerja menengah ke bawah, sementara di My Brother is A Big Fat Liar kita akan diajak melihat Georgia yang bisa jadi anak baik dan nggak harus menjadi anak bengal, sekalipun Mom harus bekerja siang dan malam sebagai pelayan.  

resensi middle school My Brother is A Big Fat Liar

Menurut saya Middle School : My Brother is A Big Fat Liar jauh lebih berisi dari pada berbagai mega best seller lokal, misalkan critical eleven (konfliknya cuma kehilangan bayi) itupun dihiperbola, padahal yang bersangkutan pun berprofesi sebagai risk management, tapi menghadapi permasalahan hidup sendiri sulit, yassalam dah. (Itupun mending kalau ceritanya orisinil, bukan hasil inspirasi buku lain..ups)


Resensi A Love At First Sight, Kok Mirip Critical Eleven?

Awalnya nggak sengaja nemu novel a love at first sight ini dan coba-coba baca beberapa halaman pertama, sebenarnya sih saya bukan pecinta novel romance tapi baru baca beberapa halaman a love at first sight langsung terbesit sebuah novel romance lokal mega best seller dengan judul critical eleven. lah kok bisa? Karena di critical eleven premis adalah dua sejoli yang bertemu dalam rute Sidney-Jakarta dan dalam sebelas menit pertama perbincangan, mereka merasa sudah menemukan the one! Sementara dalam a love at first sight butuh 11 jam mulai dari bandara connecticut, Amerika ke London, Inggris sebelum akhirnya kedua tokoh merasa menemukan the one.

Sinopsis
Cerita bermula saat Hadley ketinggalan pesawat dan harus menunggu sejam untuk pesawat berikutnya, selama menunggu di bandara Hadley tanpa sengaja bertemu dengan seorang cowok Inggris bernama Oliver. Siapa diduga Oliver justru tertarik pada Hadley dan membantunya membawa koper sampai akhirnya mereka berdua menghabiskan satu jam di bandara bersama. Ternyata Oliver pun mempunyai tujuan yang sama yakni Inggris, hanya ia menuju kampung halamannya Paddington sementara Hadley menuju London.
Selama sembilan jam perjalanan dari Amerika menuju London kedua terlibat berbagai percakapan yang kikuk sekaligus menarik. Sikap Hadley terbuka dan menceritakan alasannya yang menyebalkan untuk terbang ke London, yakni pernikahan kedua ayahnya, sementara Oliver cenderung misterius dan memberikan teka-teki mengenai dirinya dan alasan pulang ke Paddington. Setelah sampai di bandara London, Oliver nekad memberikan Hadley ciuman.

Hadley yang harus bersikap normal di pernikahan kedua ayahnya pun merasa bimbang karena ciuman Oliver, sampai akhirnya ia nekad untuk pergi dari resepsi hanya untuk mengejar Oliver di Paddington. Setelah menjadi tamu tak diundang di pemakaman ayah Oliver, dengan hati berat Hadley harus menerima bahwa dirinya sama sekali tak diminta untuk tinggal dan ia menyesali keputusan untuk mengejar Oliver. Sebelum kembali pulang ke London, Hadley menaruh sebuah buku karya Dicken di mobil Oliver. Buku tersebut menjadi pembuka percakapan mengenai keluarga mereka  di pesawat beberapa belas jam lalu.

Resensi
Kalau di critical eleven sebenarnya antara judul dan isi, sama sekali nggak nyambung karena cerita di pesawat cuma seiprit saja. Sementara di a love at first sight setengah dari buku merupakan cerita dari bandara sampai pesawat selama sepuluh jam. Critical eleven adalah judul yang lebih tepat untuk novel karangan Jennifer E. Smith dari pada novel karangan Ika Natassa, bahkan cover pesawat nampak lebih cocok untuk buku Jennifer E. Smith dari pada jam Big ben.

Pacing  a love at first sight pun cepat banget, jadi nggak terasa menjemukan. Salah satu lagi yang menjadi a love at first sight sebagai killer bagi critical eleven adalah plotingan cerita yang sama, yakni plotingan maju-mundur. Kalau di critical eleven maju-mundur menceritakan pengalaman pacaran sampai lamaran, maka di a love at first sight menceritakan masa lalu Hadley ketika keluarganya masih utuh, sampai dengan ketika ayahnya pergi ke Inggris dan selingkuh. 

Soal konflik pun masih jauh lebih baik a love at first sight ketimbang critical eleven. A love at first sight menjadikan cerita coming age, yakni Hadley sebagai remaja tujuh belas tahun yang dilanda amarah karena ayahnya menikah kembali, sementara critical eleven konflik baru muncul ketika Anya kehilangan bayinya dan menurut saya sebagai orang dewasa dengan profesi risk management, harusnya Anya bisa dengan mudah mengatasi hal tersebut., bukan malah pengen lari dari kenyataan ataupun cerai.

Ending a love at first sight pun manis dan ciamik dimana Hadley berubah menjadi lebih dewasa dalam memandang berbagai hal yang membuatnya marah, termasuk memaafkan sang ayah dan mencoba mengerti keadaan, belum lagi kejutan manis dimana akhirnya Oliver datang untuk mengembalikan buku yang ditinggalkan Hadley. Sementara dalam critical eleven, Anya akhirnya harus menerima keadaan bahwa bayinya sudah tiada. (Premisnya sama booo)

Cover dan judul asli lebih bagus dari pada versi penerbit mizan ini.
Ada satu hal yang lumayan mengusik saya, yakni dengan begitu banyak kemiripan plotingan dan premis, apakah critical eleven terinspirasi dari novel dengan judul asli The Statistical Probability of Love at First Sight karya Jennifer E. Smith? Karena buku ini pertama kali keluar tahun 2012 sementara critical eleven 2015. Kalau begitu lebih baik anda bandingkan sendiri dan jawab dengan jujur.




Resensi Think Like A Freak : Steven D Leviit & Stephen J. Dubner

Saatnya rehat sejenak dari novel-novel fantasi dan beralih ke buku self improvement. Salah satu yang menarik perhatian saya adalah buku dari penulis super freakonomic Steven D. Levitt dan Stephen J. Dubner berjudul Think Like A Freak : Berpikir Tidak Biasa Untuk Hasil Yang Luar Biasa. Buku ini tadinya saya pikir seperti The Secret, tapi ternyata salah besar. Think Like A Freak adalah sebuah buku yang bertujuan mengubah pola pikir tanpa memberi pentunjuk, kok bisa begitu?

Resensi
Buku ini dibuka dengan berbagai pengalaman dan fakta-fakta yang tidak diketahui banyak orang, seperti kenapa pemain bola selalu menendang arah kiri dari pada kanan. Kenapa orang yang bunuh diri justru bukan terjadi pada orang yang mengalami masa-masa sulit. Buku ini dibagi menjadi beberapa bab yang isinya lagi-lagi menceritakan pengalaman dan fakta yang tidak diketahui banyak orang, namun sesuai dengan judul bab. Misalkan bab mengatasi masalah maka kita akan disuguhkan pengalaman dan fakta unik mengenai memecahkan masalah. 

Terus terang saya sama sekali nggak ngerti maksud dari buku ini, apakah ingin memberi petunjuk bahwa kita bisa Think Like A Freak atau membantu memecahkan masalah dengan Think Like A freak. Alasan utama mengapa buku ini sulit bagi saya untuk dimengerti adalah karena alih bahasa atau terjemahan yang mentah sekali, terjemahan buku ini seolah-lah hasil dari google translet. Banyak dari kalimat yang membuat saya harus berpikir dua kali, karena terlalu baku dan nggak sesuai dengan bahasa sehari-hari. Seperti kencan online diterjemahkan dengan kencan daring, hello berapa banyak orang yang tahu daring itu online?

                               Resensi Think Like A Freak

Kalimat-kalimat terjemahan yang nggak sesuai dengan bahasa sehari-hari ini membuat Think Like A Freak sulit dicerna dan akhirnya kehilangan tujuan untuk membuat kita mampu berpikir seperti orang aneh demi hasil yang luar biasa.



Resensi The Lessons : Surat Jutawan Kepada Puteranya

Pertama kali lihat buku ini malesnya minta ampun, soalnya udah muak sama buku-buku yang sok menginspirasi dan sok berceramah, you knowlah! Dari covernya pun nggak menarik dan terkesan kaku serta serius, tapi saya memutuskan untuk mencoba membaca beberapa halaman dari buku berjudul The Lessons : Surat-Surat Seorang Jutawan Kepada Puteranya Tentang Hidup Dan Bisnis. Dari halaman pertama ternyata, saya ketagihan dan The Lesson lebih dari pada sekadar buku-buku yang sok menginspirasi dan berceramah.

Sinopsis

The Lesson bukanlah, sebuah cerita melainkan kumpulan surat jutawan bernama G. Kingsley Ward kepada puteranya sepanjang perjalanan karier si putera. Surat pertama dibuka dengan tulisan mengenai, masa-masa awal putera Ward yang nampak bingung mau melakukan apa dalam hidupnya. Ward mengingatkan puteranya, bahwa ia adalah orang yang beruntung karena mampu mengecap pendidikan tinggi serta memberikan keberanian dengan menunjuk beberapa keberhasilan si putera di masa kuliah.

Surat G. Kingsley Ward, berlanjut seiring dengan hidup anaknya. Ward mulai menulis surat ketika anaknya meniti jenjang karier diperusahaan farmasi miliknya, memberitahu apa yang harus dilakukan serta apa yang seharusnya tidak dilakukan. Memberi puteranya petunjuk bagaimana menjadi seorang karyawan baru serta bekerja tidak hanya sekadar bekerja saja.

The Lesson : Surat-Surat Seorang Jutawan Kepada Puteranya Tentang Hidup Dan Bisnis

Ward tidak berhenti menulis surat pada putera, ia terus mengawasi serta membingbing melalui surat-surat yang ditujukan pada si anak. Memberitahukan kesalahan serta bagaimana menyelesaikan masalah yang dibuat oleh si anak, termasuk ketika anaknya bermasalah dengan salah satu pegawai loyal perusahaan farmasi mereka. 

Resensi 
Biasanya saya pengen muntah baca buku-buku yang sok menginspirasi dan berceramah, tahulah buku-buku semacam inikan banyak banget di sini. The Lesson : Surat-Surat Seorang Jutawan Kepada Puteranya Tentang Hidup Dan Bisnis, justru malah adem bacanya, mungkin karena ini adalah sebuah surat bagi si anak, bukan petuah atau wejangan yang ditujukan bagi orang yang membaca, sehingga saya nggak merasa digurui atau diceramahi.

Surat G. Kingsley Ward pun, nggak menggunakan bahasa yang bertele-tele atau sok intelektual maupun sok bijak. Ini adalah sebuah surat dari ayah kepada anaknya, dengan bahasa yang mudah dipahami. 

Banyak hal dari surat G. Kingsley Ward yang bikin jleb! Misalkan kenapa perusahaan mengharuskan anda datang jam 8 pagi, dan nggak boleh telat, kenapa anda bekerja tapi hanya sekadar bekerja saja? Lalu ada bahasan mengenai,  kita cenderung menyukai karyawan yang sesuai dengan kepribadian yang sama, dari pada kinerja mereka. Serta semua permasalahan yang dirasakan oleh para pekerja muda seperti saya ini, dibahas melalui surat seorang ayah pada anaknya.

Terus ada wejangan dari  G. Kingsley Ward soal cari jodoh, janganlah kawin hanya karena kiri dan kanan sudah menikah. Terus cari istri yang bisa dijadikan partner, bukan sekadar dinikahi dan untuk enterpreneur jangan sesekali menikah, dengan perempuan yang suka bergosip!

The Lessons : Surat-Surat Seorang Jutawan Kepada Puteranya Tentang Hidup Dan Bisnis ini, banyak membantu dalam menghadapi berbagai problematika serta drama perkantoran dan bisnis, saya heran kenapa buku ini sama sekali nggak boming? Padahal bahasannya tepat dan perlu sekali bagi orang-orang di Jakarta seperti saya ini, kecuali anda seorang PNS baru boleh mengskip The Lessons. Akan tetapi, kalau anda pekerja kantoran, enterpreneur wannabe dan pebisnis, surat G. Kingsley Ward ini  sama sekali nggak boleh dilewatkan.




Resensi Steel Heart : The Reckoners Trilogy

Dunia dystopia memang nggak ada habisnya, setelah Divergent, Hunger Games dan Red Queen, kini hadir Steel Heart : The Reckoners Trilogy yang berbeda adalah tokohnya, pada The Reckoners Trilogy, tokoh utamanya bukan perempuan melainkan pria dan ini merupakan novel dystopia yang mewakili pembaca pria, setelah sebelumnya banyak novel dystopia yang ditujukan bagi kaum hawa.

Sinopsi

Cerita dimulai pada suatu masa ketika Calamity muncul dan memberikan manusia kekuatan super dan manusia yang mendapatkan kekuatan super ini disebut epic. Suatu hari ketika tokoh utama bernama David dan ayahnya datang ke bank untuk memperoleh pinjaman, seorang epic bernama Deathpoint muncul dan mulai membunuh orang-orang. Tidak lama berselang epic lain muncul dan bertarung dengan Deathpoint, epic ini bernama Steel Heart. 

Ayah David menembak Deathpoint untuk membantu Steel Heart, namun tembakannya mengenai wajah Steel Heart! Hari itu adalah pertama dan terakhir kalinya orang-orang melihat Steel Heart berdarah. Setelahnya, Steel Heart membantai semua orang di bank yang melihatnya berdarah, akan tetapi satu orang berhasil selamat, yakni David.

Setelah kejadian tersebut, Steel Heart menguasai dunia. Dengan kekuatan supernya dia menghancurkan semua yang menentangnya, membangun dinasti Steel Heart. Memperkerjakan epic-epic lain untuk menjaga dinastinya. Sekarang seluruh dunia berada di bawah kekuasaan Steel Heart dan manusia berada dalam masa kegelapan.

Sepuluh tahun kemudian, setelah David berusia 18 tahun. Ia berusaha mencari The Reckoners atau sebutan bagi kelompok yang hidup untuk membunuh para epic. Tidak mudah bagi David menemukan para The Reckoners, namun ia berhasil menemukan The Reckoner, ketika mereka hendak membunuh epic bernama Fortuity, yang memiliki kemampuan memprediksi. Singkat cerita David membantu The Reckoner membunuh Fortuity dan menyakinkan The Reckoner untuk mengizinkan dirinya bergabung, sekarang tinggal David sendiri yang membuktikan bahwa ia cukup pantas bergabung dalam The Reckoners membantai epic-epic di seluruh penjuru negeri, terutama steel heart.

 Resensi

Rasanya nggak berlebihan untuk kasih bintang empat di goodreads. Dari awal bab sudah disuguhi cerita dasyat dimana epic bernama Deathpoint membantai orang-orang dibank. Seterusnya kita akan dibawa menuju cerita penuh dengan jalinan plot yang sulit ditebak! Gimana bisa ditebak? Epic punya kekuatan maha dewa yang nggak masuk akal, tapi mereka punya kelemahan tersembunyi. Cara Brandon Sanderson membuat cerita bagaimana cara The Reckoners membunuh epic ini yang bikin geleng-geleng kepala.

Dari bab ke bab, kita bakal penasaran gimana cara membunuh epic, sekalipun kelemahan mereka sudah diketahui. Steel Heart ini memberikan ketegangan dan suspense tiada henti, susah banget buat nutup buku, nggak heran 500 halaman kaga kerasa sama sekali. Pacingnya cepat banget, setiap bab memunculkan sesuatu yang baru.

Memang Steel Heart : The Reckoners ini sama sekali nggak baru, karena mirip dengan serial Heroes atau boleh dibilang versi maha dewa dari Heroes, akan tetapi kecerdikan Brandon Sanderson membuat cerita, bikin geleng kepala, saya nggak bisa nebak apa yang akan terjadi di bab selanjutnya. Otak udah buntu buat mikir, gimana caranya manusia biasa bisa menang lawan dewa? The story dan plot are so clever. Belum lagi ending dimana David dan para reckoners melawan steel heart, wow amazing karena sama sekali nggak nyangka, apa yang selama ini dicari dari bab awal ada did epan mata mereka sendiri. Ini mungkin novel paling pintar yang saya baca di tahun 2016.  

Selesai baca Steel Heart : The Reckoners, saya jadi mikir, kok beda banget ya sama cerita-cerita lokal, dimana tokoh utama nggak pernah puter otak, buat menyelesaikan masalah dan konflik. Palingan berdoa dan simsalabim nasib berubah atau ada yang bantu, selain itu yang paling favorit adalah, keberuntungan dan olala .... nasibnya langsung berubah...wkwkwk...nyaris tanpa usaha keras. Karena kita semua suka yang nggak pake mikir!!!!!!

resensi steel heart the reckoner trilogy



Resensi Middle School : Get Me Out Of Here!

Buku pertama dari Middle School series sukses bikin saya, jatuh cinta dengan tokoh Rafe Katchadorian. Lalu seri keduanya berjudul Middle School Get Me Out Of Here, masih berkutat dengan Rafe dan sekolah serta lingkungan, apakah di Get Me Out Of Here sama bagusnya dengan Worst Year Of My Life?

Sinopsis
Rafe resmi dikeluarkan dari Hills Village Middle School, tapi dia dapat tawaran untuk masuk sebuah sekolah seni bergengsi. Sialnya nasib Rafe belum baik, karena restauran tempat ibunya bekerja kebakaran dan otomatis ibu Rafe jadi menganggur dan satu-satunya jalan untuk bertahan adalah dengan kembali ke rumah nenek di kota besar.

Awalnya Rafe kecewa karena kehilangan kesempatan untuk masuk sekolah seni, namun ternyata di kota besar ada sekolah seni lain bernama smp Cathedral. Beruntung Rafe ditolong oleh Ibu guru naga untuk masuk ke smp Cathedral. Rafe mengira dirinya bakal sukses besar di smp Cathedral, namun kenyataan salah besar, karena di sini Rafe harus berjuangan karena sekolah seni ternyata tidak mudah.

Bahkan di sekolah seni, Rafe kembali dibully oleh anak-anak lain karena gambarnya dianggap standar. Di smp Catheral Rafe berhasil menemukan seorang teman nyata, bukan lagi Leo si teman khayalan namun bukan berarti Leo ini sudah hilang. 

Resensi
Buku pertama mind blowing, karena Rafe Kachadorian harus berhadapan dengan berbagai masalah di rumah dan mengatasinya dengan cara dia sendiri. Di Middle School Get Me Out Of Here, konflik Rafe malah setipis kertas dan plotingan pun menjadi linear serta mudah ditebak. Urusan Rafe untuk bertahan di sekolah seni pun sama sekali nggak menarik untuk diikuti, saya kangen dengan Rafe yang terjebak berbagai urusan berat dan bertahan dengan caranya sendiri.
Dalam Middle School Get Me Out Of Here ini, Rafe terlihat seperti hilang arah dan cenderung membosankan, kalau nggak baca buku pertamanya sudah pasti nggak bakal tamat. Sayang seribu sayang, James Peterson gagal mempertahankan kompleksitas Rafe dan merubahnya menjadi remaja tanggung standar.

Resensi Middle school Get Me Out Of Here


Resensi Middle School : The Worst Years Of My Life

Awalnya saya cuma iseng baca Middle School series ini, karena lagi pengen refreshing dari bacaan dark fantasy. Nggak ada ekspetasi apapun dari Middle School the worst years of my life ini, karena dari covernya terlihat amat teeny sekalipun terpampang jelas tulisan new york best seller. Sepintas mirip sekali dengan diary of a whimp kid dan begitu saya baca, beneran nggak bisa berenti sampai habis.

Sinopsis 

Cerita dimulai dengan hal yang basi banget, yakni tokoh utama Rafe Khatchadorian yang baru saja pindah ke sekolah baru bernama Hills Village Middle School atau disingkat HVMS. Dari sini cerita sudah bisa ditebak, Rafe harus beradaptasi dengan HVMS yang punya seambrek peraturan bak akademi militer, belum lagi HVMS punya seorang bully bernama Miller The Killer. Keruyaman hidup Rafe, nggak cuma di sekolah saja, sebab situasi di rumah sama buruknya. Mom nggak pernah ada, karena harus bekerja dua shift demi memenuhi kebutuhan hidup mereka, sementara Bear,  pacar Mom kerjanya malah tidur dan nonton tv terus. Hanya ada Georgia, adik perempuan Rafe yang selalu mengadu pada Mom.

Ternyata Rafe punya seorang teman yang pendiam bernama Leo, mereka selalu bersama dan pada satu ketika Leo punya ide untuk Rafe. Yakni operation R.A.F.E sebuah operasi dimana Rafe harus melanggar semua peraturan sekolah demi mendapat poin. Bisa ditebak cerita selanjutnya, Rafe melanggar peraturan satu demi satu. Dan ini membawa Rafe pada berbagai masalah, sampai pada tengah cerita dimana terkuak, ternyata Leo hanyalah sebuah teman khayalan. Sekarang Rafe terjebak antara urusan sekolah, Leo teman khayalan, situasi rumah yang runyam. Rafe Khatchadorian benar-benar mengalami tahun terburuknya di smp.

Resensi

Middle School the worst years of my life, mengambil sudut pandang first person, sehingga ketika saya membaca seperti langsung berbicara dengan tokoh utama Rafe. Tentunya hal ini memudahkan target readers, yang pastinya mayoritas anak smp. Membuat Middle School the worst years of my life, seolah-olah sedang curhat pada pembacanya.

Buku yang tadinya saya anggap sepele ini ternyata punya jalinan multi konflik, kita bakal diajak untuk melihat berbagai situasi dari kacamata anak smp. Bagaimana rasanya mencoba diterima dalam sebuah lingkungan, gimana rasanya hidup tanpa perhatian orang tua yang cukup, sampai dengan rasanya kesepian, sampai-sampai harus punya teman khayalan.

Kehebatan James Patterson dalam merangkai multi konflik yang nggak simple ini patut diacungi jempol. James bisa meramu hal-hal sulit seperti bullying, kurang perhatian sampai domestic disturbence dalam sebuah cerita simple yang mudah dimengerti. 

Berbagai hal rumit seperti operation R.A.F.E keadaan sekolah tidak diceritakan namun digambarkan melalui sketsa. Sketsa ini pun berfungsi sebagai gambaran Rafe terhadap lingkungan sekitarnya, seperti guru bahasa Inggris yang digambarkan galak bak naga atau guru olah raga, digambarkan seperti instruktur militer lengkap dengan gambar anak-anak yang mati, tertembak atau gagal ujian.

Middle School the worst year of my life, boleh jadi bacaan wajib untuk para orang tua, yang ingin mengerti kenapa anaknya jadi bengal atau tukang bikin ribut di sekolah. Saya suka sekali dengan plot yang dibuat James, dimana Rafe menyelesaikan semua masalahnya dengan cara dia sendiri, sebuah cara yang sama sekali nggak terpikirkan. 

resensi middle school the worst years of my life

Berbeda dengan novel sejenis karya penulis lokal, anak kecilnya pasti simsalabim ditolong oleh keadaan, bukan berusaha sendiri. Misalkan ada bule yang takjub karena si anak bermata cantik, atau simsalabim ada yang kasihan terus diangkat jadi anak asuh. Sebab orang sinikan suka banget cerita dimana, kita nggak perlu bersusah payah demi mencapai sesuatu...sesuai dengan kepribadian bangsa ini. 
Resensi middle school the worst years of my life

Resensi The Maze Runner Saga : The Death Cure

The death cure adalah buku ketiga dari the maze runner saga, atau lebih tepatnya setelah the scorch trial. Buat fandom the maze runnner pastinya udah nggak sabar buat tahu keadaan Thomas dan para gladers, setelah cukup kecewa dengan film the scorch trial yang jauh banget dari versi bukunya.

Sinopsis

Setelah berhasil selamat dari tes di gurun/ the scorch trial, Thomas dan para gladers ditangkap oleh WICKED karena penghianatan Theresa. Dalam markas WICKED, Thomas dan para gladers diberi pilihan apakah mau dipulihkan ingatan mereka atau tidak. Namun, sebelumnya mereka diberitahu oleh Jason pegawai WICKED mengenai status mereka, sebab para gladers terbagi menjadi dua, yakni orang-orang yang kebal terhadap virus FLARE serta orang-orang yang tidak kebal.
Dalam pembagian ini terungkap jika Newt ternyata tidak kebal seperti Thomas dan gladers lainnya. Artinya Newt akan berubah menjadi crank! Dan ketika ingatan Thomas beserta gladers lainnya kan dipulihkan dengan semacam operasi singkat, mereka memberontak dengan dibantu Brenda. Dan ternyata bukan hanya kelompok Thomas yang berhasil meloloskan diri, namun kelompok Theresa pun melarikan diri.

Singkat cerita Thomas dengan para gladers, berhasil meloloskan diri dari markas WICKED, mereka terbang menuju dunia luar dan memilih kota Denver sebagai persinggahan. Ternyata para manusia kebal di seluruh penjuru dunia, semakin menipis, mereka menghilang satu demi satu. Belum lagi Newt tertangkap dan dibuang ke tempat pembuangan orang-orang yang terinfeksi FLARE. Thomas dan para glader terjebak antara situasi dimana para manusia kebal diculik dan menyelamatkan Newt, belum lagi tawaran WICKED untuk Thomas agar dia mau kembali dan melanjutkan tes, demi bisa menyelamatkan Newt dari virus FLARE.  

Resensi

 Kalau dalam the scorch trial, lebih menjelaskan apa itu WICKED dan virus FLARE maka dalam the death cure, kita akan diajak untuk mengetahui keadaan dunia dystopia the maze runner. Banyak hal yang terungkap lewat the death cure, seperti awal kiamat karena semburan matahari/ ledakan radiasi matahari atau super flare, gampangnya tonton aja film Nicholas Cage yang judulnya Knowing. Semburan matahari ini, membakar semua permukaan bumi dan virus FLARE yang merupakan ciptaan manusia yang lolos dari lab karena hancur terkena bencana semburan matahari.

Kemampuan telepati Thomas dan Theresa yang dirasa nggak masuk akal di scorch trial, akhirnya dijelaskan dalam the death cure, karena dalam otak mereka berdua dipasang implan. Sayangnya hal ini dihilangkan dalam film scorch trial, jadi garing banget itu film, no wonder nggak selaku film pertama. Yang saya suka, James Dasher tetap menggunakan pacing cepat dalam death cure, bikin buku setebal 400an halaman ini nggak kerasa. Belum lagi plotingan multi konflik, antara Newt dengan virus FLARE, Thomas dengan WICKED, Thomas dengan Theresa plus Brenda dan hubungan antar gladers bikin setiap bab nggak membosankan, selalu ada kejutan. 

Memang nggak ada kata-kata mutiara, kegemaran kaum ababil yang selalu muncul di novel roman best seller lokal. The death cure mengandalkan jalinan cerita multi konflik nan rumit, serta unsur psikologis dari Thomas,  yang terjebak dalam berbagai masalah, mulai dari Theresa, tanggung jawab terhadap para gladers serta masa lalunya. Jadi nggak heran kalau Thomas dalam death cure dominan banget, sementara gladers lain serasa numpang lewat saja. 

The death cure sukses memberikan nuansa kelam dalam menggambarkan dunia dystopia maze runner, bahkan lebih baik dari scorch trial. Terakhir buku yang sukses bikin saya tenggelam dalam cerita adalah Harry Potter.  Mau gimana cerita yang gelap dan kelam, memang favorit saya, soal ending yang hanya begitu, mungkin ada hubungan dengan buku ke lima nanti.

resensi the death cure


Resensi Tempest By Julie Cross : Novel Time Travel

Pertama kali lihat Tempest dari Julie Cross, saya kira another dystopia teen lagi, tapi ternyata Tempest ini sama sekali nggak berseting di dunia kacau balau, melainkan di dunia nyata namun berseting di tahun 2009. Novel dengan tema time travel memang bisa dihitung dengan jari karena nggak mudah membuat novel dengan tema ini, kalau nggak pinter bisa-bisa plot cerita amburadul karena, time travel atau perjalanan melintasi waktu mempunyai paradok, atau bisa disebut efek sebab-akibat. Belum lagi usaha si penulis untuk bisa membuat time travel terasa nyata pun, butuh usaha ekstra

Sinopsis

Cerita dimulai pada tahun 2009 ketika pemuda bernama Jackson Meyer yang berusia 19 tahun, baru beberapa minggu mengetahui kalau dia bisa melintasi waktu atau kembali ke masa lalu. Biasanya Jackson hanya bisa kembali beberapa menit saja, kemudian kekuatannya bertambah dari kembali ke beberapa menit saja menjadi ke beberapa jam lalu. Jackson meminta bantuan temannya Adam yang genius untuk meneliti kemampuannya, bersama-sama mereka mencoba memetakan sejauh mana kemampuan melintasi waktu, membuat berbagai hipotesa tentang kekuatan Jackson itu sendiri. Adam membantu Jackson untuk bisa memahami kekuatan time travelnya, memberinya berbagai hipotes mengenai home base, atau perjalanan melintasi waktunya mempunya satu titik temu tertentu.

Suatu saat ketika bersama pacarnya Holly, sekelompok orang tidak dikenal mendobrak masuk dan mencoba membunuh mereka berdua. Jackson melihat Holly tertembak dan jatuh, pada saat itu juga kekuatan Jackson terpicu sehingga melempar dirinya ke tahun 2007. Setelah terlempar ke tahun 2007, Jackson tidak bisa kembali melintasi waktu ke tahun 2009, ia harus berjuang sendiri di tahun 2007 membongkar siapa dirinya dan tentunya merubah masa depan di mana pacarnya Holly ditembak oleh orang tidak dikenal.

Resensi Tempest By Julie Cross

Resensi

Entah kenapa saya merasa Tempest ini mirip sekali dengan Jumper bedanya kalau Tempest loncat ke masa lalu sementara Jumper loncat dari satu tempat ke tempat lain. Premisnya time travel seperti yang sudah saya sebutkan bukan perkara mudah, sebab di Tempest plot cerita sama sekali nggak linear, Jackson berpindah dari satu waktu ke waktu lain. Pacing Tempest mau nggak mau ketarik cepat dan pembaca harus jeli, kalau nggak mau bingung si Jackson ini ada dimana dan waktu ini apa hubunganya dengan cerita yang lalu.

Catatan harian Jackson amat sangat menolong kalau sampai bingung, ngapain si jackson ada di waktu ini dan apa hubunganya dengan waktu yang lalu atau di masa depan. Ibarat kata Tempest adalah sebuah labirin yang bakal menyesatkan pembacanya kalau nggak jeli. Tempest juga bakal mengecewakan para pembaca yang mengharapkan ini adalah sebbuah cerita fiksi dengan bumbu romance, sebab hubungan cinta antara Holly dan Jackson bukan hal utama. Tempest menitik beratkan pada petualangan antar waktu Jackson.

Paradok teori waktu dan plotingan yang maju mundur, bagi para alayners yang mengharapkan kata-kata puitis dan cerita cinta mehe-mehe bin basi, cerita menginspirasi yang penuh belas kasihan seperti Refrain, Remember When dan Season series, Testpack etc bisa-bisa Tempest bikin otak kamu meleduk bak kompor butut. 



resensi Finally Mr Right By Shita Hapsari : Romance Yang Hambar

Nggak biasanya saya baca novel beginian, mungkin karena covernya yang nggak mehe-mehe dan girly, jadi nggak bikin malu buat dibaca di perjalanan pulang-pergi ke kantor. Novel berjudul Finally Mr. Right karya Shinta Hapsari ini masuk ke dalam kategori wedding list, atau novel-novel bertema kawinan dari publisher bentang.

Resensi Mr Right Shinta Hapsari
Sinopsis
Jadi tokoh utama bernama Ava seorang perempuan thirty something, yang tengah berjuang menjadi wiraswasta dengan produk tas bernama Avapora, sementara teman-temannya sudah berjodoh, Ava malah masih sendiri. Bukan karena nggak ada yang mau dengan Ava, melainkan karena kriteria pria idaman Ava yang terlalu muluk, kriteria pria idaman Ava berdasarkan semua novel dan film yang ia lihat dan baca. Mantan-mantan Ava sendiri ada yang mirip Matt Damon atau Ringo Star, bahkan Ava menuliskan semua kriteria pria idaman berdasarkan film pada buku notenya.
Suatu ketika Ava mendatangi reuni SMP bersama sahabat baik dari kecil yakni Kieran, kebetulan Ava juga menitipkan tas buatannya di distro milik Kieran. Pada reuni ini Ava bertemu Kenzo, kakak kelasnya dahulu dan bisa ditebak hubungan keduanya pun berlanjut menjadi pacaran. Selama pacaran dengan Kenzo yang ganteng, berbagai hal mulai dialami Ava dan berpengaruh pada sikap Kieran sahabatnya. Bisa ditebak ujungnya Kenzo dan Kieran berseteru dan Ava baru sadar kalau selama ini Kieran menaruh hati pada dirinya. Namun Ava nggak bisa lihat karena terbutakan oleh kriteria cowok idaman dari novel dan film.
Resensi
Boleh dibilang pembuatan cover menjadi warna hitam, menjadikan buku ini terlihat dewasa dan nggak bikin malu buat di baca sama laki-laki macam saya. dari segi cerita dan plot memang nggak ada yang bisa dibanggakan, cerita dari temen jadi demen udah bejibun. Konflik yang dihadirkan pun tipis sekali dan hampir nggak worth it untuk dijadikan konflik, kalau menurut saya sih begitu. Dari halaman ke 89 saya sudah bisa menebak jalan cerita dan Ava bakal pilih siapa?
Apa boleh dibilang Finally Mr. Right merupakan gorengan aka makanan yang laris buat orang sini tapi nggak ada vitaminnya. Walaupun begitu hambar, Finally Mr. Right jauh lebih baik dari novel roman gorengan seperti Remember When, Refrain, Spring In London etc, yang membual sok korea, pake setingan luar negeri, tokoh cowok maha sempurna, you know lah. Finally Mr.Right terasa begitu nyata dan simsalabim mampu membuat saya menyelesaikan 319 halamannya. 

Resensi Red Queen : Novel Fantasi-Dystopia Sekelas Hunger Games Dan Divergent

Pertama kali lihat Red Queen by Victoria Aveyard adalah dari feed instagram, karena banyak banget bookstagram luar negeri yang posting Red Queen dan reviewnya pada bilang kalau buku ini tegang dan menakjubkan. Sepintas dari covernya yang bergambar tiara dan darah, memang sulit banget nebak cerita seperti apa? Yang Red Queen suguhkan. Setelah Red Queen diterbitkan di Indonesia, nggak pake pikir panjang lagi langsung ambil, sebab kalau orang-orang luar bilang seru! Sudah bisa dipastikan 100% ceritanya seru dan berbeda.

Sinopsis
Red Queen berseting di dunia fantasi-dytopia bernama Delphie. Dalam masa ini terdapat dua kaum yakni, kaum perak yang memiliki darah perak dan terdiri dari berbagai klan yang mempunyai beragam kekuatan, seperti mengendalikan api, binatang dan tumbuhan, mengendalikan bayangan atau logam, bahkan air serta pikiran. Sementara kaum merah, adalah manusia biasa yang tidak memiliki kekuatan super apapun.

Kaum perak menjadikan kaum merah sebagai budak mereka, kaum merah dijadikan pelayan, tentara dan hidup dibawah garis kemiskinan serta memuja kaum perak seolah mereka adalah dewa dan dewi.
  
Tokoh utama bernama Mare, gadis berusia 17 tahun dari desa Jangkungan. Ia adalah seorang kaum merah yang bekerja sebagai pencopet ulung, demi memenuhi kebutuhan keluarganya. Sudah menjadi peraturan bagi kaum merah, ketika berusia 18 tahun akan dikirim ke medan perang. Dan Mare belum siap untuk itu, terlebih ketiga kakaknya sudah lebih dahulu dikirim ke medan perang. Singkat cerita Mare berupaya dengan segala cara untuk meloloskan diri agar tidak direkrut berperang, upaya meloloskan diri ini yang mempertemukannya dengan Cal. Tanpa disadari Cal adalah pangeran kaum perak, yang dikemudian hari menolong Mare dengan mempekerjakannya sebagai pelayan istana.

Ketika sedang melayani kontes puteri dimana semua klan menunjukan kekuatan demi menjadi ratu kaum perak, tanpa sengaja seorang magnetron atau pengendali logam bernama Evangeline memporak-porandakan Taman Spiral. Imbasnya Mare hampir saja mati kalau saja ia tidak mengeluarkan kekuatan, yakni menembakkan petir ke arah Evangeline. Sontak semua kaum perak kaget, sebab bagaimana seorang gadis dari kaum merah bisa mempunyai kekuatan untuk mengendalikan petir?
Dari sini cerita bergulir panjang, karena Mare disulap oleh raja dan ratu kaum perak untuk menjadi salah satu dari mereka, bahkan diberi nama dan masa lalu yang baru pula, tidak berhenti sampai disitu Mare pun dijodohkan dengan Maven adik dari pangeran kaum perak Cal. Dari sini Mare yang malang harus berpura-pura menjadi kaum perak, sambil berusaha menemukan dari mana kekuatannya berasal, bertahan dari serangan Evangeline yang dijodohkan dengan Cal, dijadikan boneka oleh raja dan ratu demi meredam pemberontakan kaum merah. Seabrek konflik dan masalah kini dihadapi oleh Mare yang malang, gadis miskin yang dahulu hanya mencopet sekarang berubah menjadi seorang ratu merah.

Resensi
Ternyata Red Queen by Victoria Aveyard ini adalah sebuah novel bergenre fantasi-dystopia. Sejujurnya saya nggak suka, sebab sudah baca Hunger Games dan Divergent dimana semuanya fokus dengan tokoh perempuan dan saya termasuk nggak suka dengan novel yang tokoh utamanya perempuan, sebab sudut pandang perempuan itu pasti mehe-mehe penuh drama tralalala bin trilili.

Tapi hebatnya Victoria Aveyard mampu meramu semua hal menjadi menegangkan, sekalipun tokoh Mare terkesan mehe-mehe banget nggak kuat seperti Katnis, tapi jalinan konflik multi dimensi, pemberontakan, perang, asmara, drama perebutan kekuatan dalam keluarga kerajaan dipadu dengan beragam unsur magis, berhasil membuat Red Queen menjadi bacaan yang nggak bisa bikin berhenti sampai selesai. Plus kita dibuat penasaran dari mana asal kekuatan Mare sebagai gadis petir? Apa sama seperti Tris Prior yang berbeda karena ia seorang divergent ?

red queen resensi

Sebenarnya Red Queen sama sekali nggak menawarkan sesuatu yang baru, sebab banyak elemen dari novel ini mirip sekali dengan Hunger Games dan Divergent, untungnya berkat kekuatan jalinan cerita yang sulit ditebak dan menegangkan, membuat Red Queen mampu outstanding dibanding dua seniornya.

Satu hal yang saya perhatikan ketika membaca resensi Red Queen dari blog-blog buku lokal, adalah para pembaca banyak yang komplain, kalau kisah cintanya nggak real dan terasa, lalu banyak yang nggak bisa ngikutin pacing cerita yang cepat, dibalut jalinan konflik yang rumit. Begitu saya perhatikan blog-blog buku ini, mereka adalah tipikal pembaca novel lokal roman, dimana ada pria ganteng dan setingan di luar negeri. Karena perempuan sini suka yang simple dan nggak perlu mikir, yang penting sesuai halusinasi dan hati.
Baca Juga : Resensi Glass Sword Makin Mirip Hunger Games Buku #2
Baca Juga: Resensi King Cage RedQueen Buku #3

Resensi A Monster Calls, Memahami Rasanya Kehilangan Bagi Anak-Anak


Sebenarnya tahu buku A Monster Calls dari youtube. Yup, dari trailer filmnya yang akan beredar tahun ini. I just knew this is my kind story, begitu googling ternyata A Monster Calls adalah adaptasi novel best seller peraih Carnegie award, bahkan the new york times menyebutnya sebagai sebuah karya seni yang mengagumkan. Kalau pernah baca novel fenomenal Where The Wild Thing Are dan The Little Prince, maka A Monster Calls berada dalam satu genre, dimana cerita berfokus pada rumitnya emosi anak-anak dan kita akan melihat sebuah keadaan dalam sudut pandang seorang anak. Seperti halnya Where The Wild Things Are dan The Little Prince, novel A monster Calls bukan bacaan remeh hanya karena tokoh utamanya anak kecil dan sebuah monster.  
 Sinopsis
 Cerita bermula ketika Conor O’ Malley anak lelaki berusia 10 atau 12 tahun mulai mengalami mimpi buruk, yakni dikunjungi oleh monster yang berasal dari pohon yew di belakang rumahnya. Conor didatangi monster pohon yew ini saat Ibunya mulai sakit-sakitan. Awalnya Conor bingung dan ketakutan karena selalu didatangi oleh monster pohon yew, hingga ia bertanya apa maksud kedatangan monster tersebut? Monster pohon yew berkata bahwa ia “datang  dengan berjalan karena dipanggil oleh Conor” sementara Conor sendiri tidak merasa memanggilnya, dan langsung kebingungan. 

Sang monster ini pun berjanji akan menceritakan empat kisah dimana kisah keempat adalah kebenaran yang harus diceritakan oleh Conor sendiri. Monster pohon yew awalnya hanya muncul ketika Conor tertidur di rumahnya, namun seiring dengan memburuknya kondisi Ibu Connor. Monster pohon yew mulai menampakan diri di rumah Grandma menyebabkan hancurnya ruang tamu dan juga sekolah sampai melukai Harry si tukang bully.  

Conor harus berusaha sendiri memahami arti kehadiran si monster serta keadaan dimana Ibunya sakit dan Grandma tidak menyukainya sementara Dad sama sekali tidak bisa diharapkan, karena sudah menikah dengan wanita lain. Bagaimana Conor menghandle semua ini, monster, sekolah dan Ibunya seorang diri?

Resensi
A Monster Calls merupakan salah satu buku terbaik yang saya baca di awal 2016 ini, kisahnya begitu kelam namun memikat. Korelasi antara kisah si monster dan alasan mengapa Conor memanggilnya, memaksa kita untuk melihat dari kacamata anak-anak dalam menghadapi situasi sulit. Dalam ini Conor terus menyangkal dirinya, bahwa Mom sakit parah dan tak akan mungkin sembuh.  Ketiga kisah yang diceritakan si monster adalah untuk membuat Conor mengerti situasi sulit yang dihadapinya dan kisah keempat merupakan kebenaran yakni bahwa sesungguhnya Conor O’Malley lelah dengan situasi ini dan ingin semuanya berakhir, sekalipun Ibunya harus meninggal dan alasan kenapa Conor memanggil si monster ternyata bukan untuk menyembuhkan Ibunya, namun untuk menyembuhkan dirinya, sebab semenjak Ibunya sakit Conor menjadi tertutup dan selalu menyangkal bahwa suatu saat ia harus berpisah dari ibunya, si monster pohon yew hadir untuk menyembuhkan Conor, membuatnya iklas untuk merelakan Ibunya. Dan sesungguhnya si monster pohon yew adalah manifestasi dari berbagai perasaan Conor yang selalu dipendamnya sendiri.

Resensi The Monster Call


Art work atau ilustrasinya pun senada dan menambah kelam cerita A Monster Calls, hanya ada guratan-guratan kasar dan hitam untuk menggambarkan betapa muramnya dunia Conor O’Malley.  Sekali lagi novel ini mengingatkan saya pada Where The Wild Things Are dan The Little Prince, memasuki alam pikiran anak-anak tanpa cerita klise yang meminta belas kasihan pembaca, 
(seperti anak penderita kanker yang mengirim sepucuk surat untuk tuhan, anak kecil yang miskin dan ngamen lalu mencari sosok pelindung, atau kecil yang kena musibah tsunami dan di tolong sana-sini. Duh, bosennya ama cerita sinetron tipikal tapi laris manis, bak tahu formalin yang digemari masyarakat umum dengan efek samping bikin bego)    
A monster Calls tidak meminta belas kasihan pembaca, ia membawa anda mengerti perasaan Conor O’ Malley, seorang anak kecil yang Ibunya tengah sekarat.  Its dark yet beautiful story  


Baca Juga Resensi : Vandaria Saga : Masa Elir



Resensi Vandaria Saga : Masa Elir, Novel Fantasi Asli Indonesia

Ok, gue memang pecinta fantasi, fiction and dark story jadi waktu nemu buku dengan judul Vandaria Saga : Masa Elir di sebuah bazar buku,  ekspetasi gue cukup tinggi. Sebab di tengah selera lokal dengan cerita cinta mehe-mehe berbackground luar negeri, kisah inspirational atau kisah hijabers tralalala bin trilili, ada juga orang Indonesia yang otaknya keren punya. Jadi gue ambil buku Vandaria Saga : Masa Elir ini.

resensi vandaria saga : masa elir

Sinopsis:
Kisahnya dibuka oleh lima orang dari ras berbeda terdampar di masa lalu (sial ternyata gue dapet bukan seri pertama) Ada Rozmerge seorang gadis frameless (semacam elf), Liarra gadis pemanah framless, Sigmar separuh frameless separuh manusia, Althor seorang raja muda dan Xaliber seorang raja juga. Nah, kelima ras ini berpetualang di benua Elir pada masa lalu yang bernama Masa Elir, tujuan mereka ke Masa Elir adalah untuk mengetahui fungsi dan kekuatan dari empat senjata pamungkas yang dipegang oleh masing-masing jagoan dan untuk menemukan senjata kelima milik Rozmerge, sebab hanya dia yang belum menemukan senjata pamungkasnya.

Di Masa Elir ini kelima jagoan ini berpetualang melalui berbagai daerah ketika masa itu dikuasai oleh dua kerajaan besar, serta situasi yang tengah berkecamuk pada saat itu, perjalanan ke masa lalu di benua Elir ini menguak berbagai pertanyaan mengenai apa yang terjadi di tanah utama Vandaria pada masa depan.

Kelima jagoan bukan hanya menguak misteri namun juga ikut bertarung dalam peperangan melawan kaum Deimos (kalau di Lord Of The Ring mungkin ini urug hai dan org) dibalik misi menguak kekuatan dan menemukan senjata pamungkas kelima, kelima jagoan ini pun dikejutkan dengan intrik politik mengapa mereka bisa terlempar ke masa lalu, sebab penggunaan sihir ruang dan waktu tentunya membutuhkan seseorang yang berkekuatan tinggi.

Resensi Dilan : Dia adalah Dilanku 1990, roman simple namun efektif


Dilan: dia adalah Dilanku  1990 adalah novel pertama yang gue beli secara online di google play, soalnya gue memang berencana untuk mengurangi membeli buku fisik dan beralih ke ebook. Lumayankan bisa menghemat kertas dan menyelamatkan hutan, alasan kenapa gue memilih Dilan dari Pidi Baiq karena novel ini merupakan hipster urang Bandung. Semua orang Bandung kayanya pernah baca ini novel dah dan beberapa quote dari Dillan di pasang di beberapa penjuru Bandung. Sebagai orang yang pernah lima tahun berdomisili di Jatinangor dan geger kalong, nggak afdol kalau gue nggak tahu Dilan.


Sinopsis
Cerita dibuka dengan flashback dari point of view tokoh utama yakni Milea, yang entah kenapa mungkin galau menulis kenangan akan Dilan di masa SMAnya. Ketika Itu 1990 Milea pindah dari Jakarta ke Bandung ikut ayahnya yang seorang tentara bertugas. Di SMA barunya ini Milea bertemu dengan seorang cowok bernama Dillan yang tiba-tiba saja meramalkan, kalau Milea akan bertemu lagi dengannya di kantin. Sontak hal ini membuat Milea kesal dan akhirnya terus kepikiran tentang ramalan cowok yang baru saja ditemuinya, tanpa sadar semua ini membuat Milea mencari tahu siapa Dillan itu.

Pelan namun pasti Milea akhirnya suka dengan Dilan padahal waktu itu Milea sudah punya pacar bernama Beni yang sifatnya kasar. Kelakuan Dilan yang aneh seperti memberi hadiah TTS yang sudah diisi dan kerap kali berkata aneh, membingungkan sekaligus lucu semakin menarik untuk Milea. Padahal Dilan itu gangster motor dan trouble maker di sekolah.

Dalam buku ini sepenuh menceritakan pergulatan batin Milea yang mencari tahu siapa Dilan dan orang seperti apa Dilan, sampai akhirnya mereka pacaran dan ketika memasuki masa pacaran, ceritanya bersambung ke Dilan 1992.

Resensi : Supernatural Series The Unholy Cause / Simpul Yudas

Gue nggak tahu ini buku seri keberapa? Soalnya bacanya ngacak banget dan nggak ada urutan yang jelas dari satu seri ke seri lain. Yang jelas The Unholy Cause berada di jalan cerita season empat atau lima ketika Sam masih diincar oleh Lucifer. Buku setebal 357 halaman ini merupakan seri Supernatural terbaik yang pernah gue baca dari plotingan, penokohan sampai twist cerita, semuanya grande banget, beda sama cerita diseri-seri sebelumnya yang terkesan rip off dari sebuah episode. Cerita Supernatural The Unholy Cause ini pantes banget dijadikan sebuah film layar lebar.



Sinopsis:

Cerita dimulai ketima Sam dan Dean seperti biasa menyelidi kasus kematian aneh, kali ini seorang bocah Nampak mati gegara hal misterius. Setelah sampai di TKP, Winchester bersaudara bertemu hunter lain yang sudah terlebih dahulu mengurus kasus ini, hunter ini bernama Rufus. Lewat Rufus pula Sam dan Dean diberitahu perihal sebuah kasus aneh di kota sejarah Mission Rodge, Georgia.

Mission ridge terkenal dengan reka ulang perang saudara saudara Amerika tempo dulu dan disini pula seorang actor reka ulang membunuh rekannya dengan bayonet tiruan. Siapa sangka kasus pembunuhan ini menarik Sam dan Dean ke sebuah kasus yang lebih besar, yakni The Unholy Cause atau simpul Yudas.

Simpul Yudas sendiri konon milik penghianat terbesar di muka bumi yakni Yudas Iskariot atau lebih tepatnya simpul yang dipakai untuk gantung diri. Simpul tujuh lapis milik Yudas ini mempunyai kekuatan besar dan ingin dikuasai oleh setan yang mendiami tubuh Tommy McClane. Tapi simpul ini disembunyikan di sebuah tempat aman di Mission ridge dan setan Tommy McClane yang cerdas sengaja membuat berbagai pembunuhan agar menarik Sam. Sebab bukan nggak lain simpul Yudas ini dipergunakan agar Sam bisa dengan mudah menjadi tubuh Lucifer.