Minggu kemarin terdapat penampakan mengejutkan di rumah orang tua. Mulai dari kasur, meja, pakaian sampai dengan peralatan rumah tangga menghiasi garasi dan ruang tamu. Ternyata salah satu anggota keluarga yang setahun lalu menikah kemudian tinggal di rumah mertua, sekarang kembali pulang ke rumah. I was like dafuq! Memang ini sebuah lagu lama dan kebodohan yang tiada berhenti seperti siklus. Kenapa saya bisa berbicara seperti itu? 

Sebab anggota keluarga yang menikah setahun lalu ini menyelenggarakan pernikahan yang lumayun mehong, sampai sewa bus biar orang-orang bisa datang ke tempat resepsi bahkan saweran receh saja sebesar lima juta dan kalau tiga kali saweran, itu artinya sudah Rp 15 juta! Sekarang malah kembali menumpang di rumah orang tua dengan kondisi istri tengah berbadan dua, eits tunggu dulu yang bersangkutan pun bertanya pada Papah apakah bisa BPJS dipinjam untuk biaya bersalin? I was like...fuck! Saweran bisa berjuta-juta tapi biaya bersalin sampai mau pinjam BPJS orang tua?

Kalau dibilang kesal sih, pasti dong. Otak udang seperti ini masih saja terjadi, padahal ini bukan pertama kalinya terjadi pada keluarga saya. Anak pertama saja baru angkat kaki setelah dibelikan rumah, itupun setelah 6 tahun pernikahan. Artinya selama 6 tahun masih juga nggak kebeli tempat tinggal sendiri! Memang beli rumah nggak gampang!

Capek betul berurusan dengan hal seperti ini. Nggak di lingkungan kantor, nggak di lingkungan rumah semua sama saja, kulturasi dan budaya rendahan kawinan kudu dirayain memang sudah mendarah daging, menghapus logika bahwa setelahnya anda harus banting tulang untuk biaya yang lain. Bisa mikir untuk sampai detail untuk mendirikan pelaminan sehari tapi, nggak bisa mikir untuk mendirikan rumah tangga seumur hidup. 

Makanya hidup itu jangan makan gengsi, demi bisa terlihat sehari dan shared di medsos, sampai lupa untuk melihat ke masa depan. Tunggu dulu ini baru realitas ekonomi, belum lagi realitas yang lain misalkan menjadi orang tua yang baik dan benar di zaman seperti ini, itu beban yang lain lagi.  Dan sekarang malang sekali nasib si Papah, mau proyekan lagi supaya bisa belikan anakmu rumah? Duh, bukannya hari tua dipakai santai, malah masih cari duit.