Waktu gue pulang ke rumah menemukan banyak sekali barang yang sudah tidak terpakai namun tidak dibuang atau diberikan, barang-barang ini sengaja ditaruh agar kehujanan dan rusak lalu dengan sendiri lapuk dan menjadi serpihan. Miris memang, padahal kalau mau dijual ke tukang loak bisa jadi duit atau dijual di toko online pun masih ada yang mau beli. Bahkan didaur ulang menjadi barang dengan fungsi lain masih bisa loh, lalu kenapa barang-barang ini dibiarkan begitu saja?
Simple kok, bokap gue pada dasarnya Indonesia banget. Tipe orang yang nggak mau repot dan selalu ingin santai, nggak mau tahu kalau ada toko online, nggak mau belajar sesuatu yang baru, nggak mau repot kudu sortir buat dijual ke tukang loak. Yang ada dipikirannya sederhana biarkan barang itu termakan usia dan hilang sendiri. Bahkan dulu ketika masih kerja menjadi PNS, bokap termasuk orang yang susah menerima perubahan. Tahun 90an ketika itu masih bekerja dengan mesin ketik, kemudian masuk komputer floppy disk. Bisa ditebak bokap adalah orang yang menolak komputer dan setia dengan mesin ketik, barulah pertengahan 90an, saat semua instansi diharus komputerisasi, mau nggak mau bokap pake tuh komputer dan fax.
Bokap gue adalah gambaran orang Indonesia pada umumnya, kenapa bisa bilang begitu? Karena lihat saja dalam kehidupan sehari-hari pada dasarnya orang Indonesia memang santai dan tak mau repot. Jangankan mikir untuk mendaur ulang barang-barang yan tidak terpakai, buang sampah saja masih sembarangan, sebegitu malesnya cari tempat sampah. Kalau kata orang Chinese ini adalah T@#$! Tipikal orang-orang yang nggak mau apapun dalam hidupnya, pengennya santai bajaj tanpa perubahan. Apa boleh dikata mindset orang Indonesia dalam hidup itu yang penting kawin bukan? Tanpa bisa melihat hal-hal kecil seperti daur ulang.
7 Comments
Ada apa dengan kawin mas Wali Yadi? Kok sensian banget dgn kawin. Postan kota Bogor juga bawa2 kawin. Wkwkwkw
ReplyDeleteKaga sensi tapi tahu sendirikan orang sini kalau buat kewong apapun ditempuh soalnya prestise, sedangkan hal-hal lain kaya kerusakan lingkungan etc mana peduli? Hidup hanya untuk prestise kewong..itulah Indonesia
DeleteSampah menjadi permasalahan yang sungguh sangat serius. Diantaranya penyebab bencana alam serta kerusakan terhadap alam. Kami sebagai perusahan yang peduli akan lingkungan, mengajak untuk Anda berhenti untuk menggunakan kemasan makanan seperti styrofoam dan beralih ke packaging makanan dari kertas Greenpack
ReplyDeleteBener sekali,,mungkin sebabnya dulu orang terkekang berekspresi...tahulah sendiri jaman dulu
ReplyDeleteiyaa memang jaman dulu mempengaruhi daya pikir orang sekarang, dlu aja gak boleh beropini ato berpendapat kan??
ReplyDeleteWaduh bokap sendiri dikatain TIKO, tau gak mas singkatan TIKO itu apa menurut cina? TIKUS KOTOR mas.
ReplyDeleteTenang mbak itu becandaan di lingkungan saya, jadi misalkan. Si Mbak kalau janjian datengnya ngaret mulu, pasti kita-kita "bilang dasar tiko lo!" Terus kalau pas jam kerja, malah di parkiran ngerokok sambil ngopi dan ngobrol, pasti kita bilang "dasar tiko loh!"...you knowlah kebiasaan orang sini. Tiko itu sindiran biasa kok di lingkungan saya, bagi orang-orang pemalas, tapi memang semenjak kasus Ahok, rada bahaya ini sindiran. Lain tempat, lain budaya loh mbak. Dan makna tiko sekarang sudah bergeser di masyarakat urban, not racis but lazy.
Delete